Saya memang terlambat menonton serial yang menarik ini, karena banyak review yang menarik mengenai serial ini akhirnya memutuskan untu kembali berlangganan saluran Netflix, dan ternyata memang sebagus omongan orang-orang.
Walau sebenarnya serial ini berdarah-darah di beberapa bagian, pembalasan dendam yang tak tanggung-tanggung, kehadiran monster yang misterius dan menakutkan, beberapa kejadian kematian serta banyak orang dengan kemampuan macam-macam dan cukup mengerikan, tapi bagi saya malah banyak adegan menakutkan yang jadi terasa lucu.
Padahal lihat saja judul-judul serial dari ke 8 episodenya, semuanya bertema duka. Woe, woe dan woe lagi. Â Suasanya keseluruhan serial pun suram dan muram, apa karena Tim Burton ada di jajaran executive producer sehingga nampak sekali aura itu di serial ini.
Wednesday sendiri adalah putri pertama dari keluarga Addams (yang serial induknya malah belum pernah saya tonton karena memang serial yang cukup lawas) yang berwajah datar dan nyaris tanpa senyum sepanjang kisah, suka dengan hal-hal suram dan berbau kematian, tapi jauh di dasar hatinya sebenarnya dia penyayang, tapi terselubung oleh sikapnya yang tak peduli dengan segala warna warni hidup. Â Jenna Ortega memainkan perannya dengan sangat baik.
Sikapnya yang mempertahankan kehitamputihan hidupnya ini yang menarik, keuekuh dengan pilihan warnanya, bahkan dengan teman sekamaranya Enid yang suka dengan warna warni, perbedaan mencolok di dua bagian kamar mereka ini sangat keren, apalai sangat tergambar di jendela kaca dengan pola yang sama tapi dengan warna dan aura yang jauh berbeda.
Meskipun terlihat hitam putih dan datar, tapi nyatanya keinginan dan rasa penasarannya akan kasus kematian di masa lampau yang melibatkan leluhurnya mengusik nuraninya untuk membuktikan siapa yang salah dan benar dengan menyelidikinya tanpa merasa takut. Rasa takut memang bukan bagian dari perasaannya sepertinya.
Petualangannya kadangkala tak sendirian, selain mendapatkan bantuan dari kawan-kawan satu sekolah Nevermore yang tak kalah aneh dengan pribadinya, juga selalu mendapatkan bantuan dari Thing, tokoh ajaib favorit saya, yang sering bertingkah lucu, padahal aktingnya begitu-begitu saja lho. Jenius sekali memang penulis kisah ini!Â
Thing pula yang berhasil memunculkan rasa sedih yang mendalam bagi Wednesday, sebuah perasaan yang jarang sekali bisa keluar dari wajah dan hatinya.
Akibat datar dan kakunya hidup seorang Wednesday, ada satu momen yang saya tunggu-tunggu, dan itu adalah saat dia tersenyum yang rasanya tak sampai lima kali terjadi dari awal sampai akhir season pertama ini. Â Tapi entahlah nanti kalau dilanjutkan di season 2, apakah kehidupan hitam putihnya masih tetap akan menarik. Â Walau sepanjang masih ada Thing, saya sepertinya bakal akan terus menonton kelanjutan serial ini.
Oh iya, salah satu adegan favorit saya adalah saat Wednesday memainkan Celo dengan apik di depan jendela kamarnya yang bulat yang ikonik itu, juga saat pelan-pelan lagu Nothing Else Matters-nya Metallica mengalun menjadi latar salahsatu episodenya. Magis!