Beberapa hari terakhir ini di tempat saya, Banjarbaru dan sekitarnya, cuaca sungguh random, pagi-pagi bisa mendung tapi siang mendadak cerah untuk kemudian hujan lebat di sore dan malam harinya. Â Bisa pula terjadi kebalikannya, pagi terlihat cerah namun siang tiba-tiba hujan, dan berhenti sore hari lalu hujan lagi di malam harinya.
Persis kejadian hari kemarin, saat bersepeda ke kantor, langit enak sih agak mendung jadi tidak panas, apalagi sudah hujan lebat di malam hari sebelumnya, walaupun itu artinya ada beberapa ruas jalan menuju kantor yang bakal basah karena aliran air dari perbukitan di sisi kiri jalan. Â Mungkin karena kurangnya vegetasi yang menahan air limpahan hujan sehingga mengalir begitu saja menuju dataran yang lebih rendah, melintas melewati jalan untuk kemudian berakhir di sungai di bagian paling bawah setelah tebing di sisi jalan.
Pulang kantor juga tak terasa ada pertanda perubahan cuaca, sampai menjelang isya tiba-tiba saja hujan turun dengan deras, disertai angin kencang pula, tapi tak sampai setengah jam, hujan deras tiba-tiba reda dan perlahan berganti gerimis yang cukup lama.
Sekitar beberapa hari yang lalu, penduduk sekitar kantor malah bercerita bahwa hujan campur badai terjadi di situ, sampai-sampai ada pohon yang cukup besar tumbang dan jatuh melintang di tengah sungai di bagian atas. Â Untungnya pohon tumbang tersebut tidak sampai jatuh ke bawah karena bisa merusak karamba alias tempat ternak ikan warga yang berjejer di sungai.
Di Kalimantan Selatan sekarang sepertinya iklimnya memang tak stabil lagi seperti berpuluh tahun silam, batas antara musim hujan dan kemarau pun sudah tak tampak jelas lagi, lebih-lebih sejak hutan alam yang hilang secara brutal akibat pembalakan liar secara masif sejak tahun 1980-an. Â Mungkin gambaran citra satelit di bawah ini bisa menjadi gambaran betapa rusaknya vegetasi penjaga iklim di Kalimantan secara umum.
Walaupun ada sanggahan dari LAPANÂ dan KemenLHK terkait kerusakan area hutan tersebut, tapi kenyataan bahwa hilangnya hutan ditambah dengan beroperasinya tambang yang merusak tegakan, tanah dan lingkungan sudah memberikan bukti nyata bahwa alam memang telah rusak.
Ada beberapa kabupaten di Kalimantan Selatan yang sejak dulu tak pernah ada bencana, sekarang saat terjadi hujan deras bukannya bersyukur malah was-was akan terjadi banjir di beberapa tempat yang bahkan tak pernah mengenal bencana tersebut beberapa tahun silam. Â Bagian mengkhawatirkan tentu saja area hutan lindung yang semakin menyusut, bahkan ada saja pihak-pihak yang gatal ingin mengekstraksi bahan tambang di wilayah hutan lindung, dan ada beberapa pula yang jelas-jelas telah melakukan eksploitasi tanpa ada yang tahu kenapa bisa itu terjadi.
Kekhawatiran tersebut semakin bertambah karena tidak ada Taman Nasional di Kalimantan Selatan, kawasan yang jelas-jelas harus dilindungi, walaupun ada yang berstatus hutan lindung tapi sepertinya tetap saja tambang merajalela, ditambah sekarang ekspansi kelapa sawit nyaris di setiap sudut kabupaten.
Sejak dulu sewaktu kuliah diajari bahwa hutan adalah pencipta iklim mikro, dan sebagai penjaga aliran air dan penahan tanah dari longsor tapi di sisi lain diajari pula cara mengeksploitasi hutan alam. Â Bahkan sejak belajar pun sudah diajari dua sisi pemikiran yang bertentangan. Â Satu hal mempelajari tentang konservasi, di hal lain mempelajari eksloitasi.Â