Ketupat yang biasanya cuma sering terlihat sewaktu lebaran, nyatanya tersedia setiap harinya di beberapa daerah. Â Salah satu tempat yang menjadikan ketupat adalah ciri khasnya adalah Kandangan, Â di sana biasa dihidangkan sebagai makanan pembuka alias sarapan di pagi hari.
Kandangan adalah ibukota salah satu Kabupaten di Kalimantan Selatan yaitu Hulu Sungai Selatan, menu khas dari kota ini yang  terkenal biasa disebut dengan Katupat Kandangan.  Katupat ya ketupat, karena memang huruf e jarang terdapat dalam kosa kata Bahasa Banjar jadi saja diganti dengan huruf a.
Ketupatnya sih ya biasa saja, ukurannya agak kecil, disajikan dalam piring dengan kuah santan berbumbu yang cukup kental, biasanya didampingi dengan ikan haruan alias ikan gabus, bagian kepalanya yang paling enak tentu saja..
Nah, cara makan katupat Kandangan ini yang agak beda, selain biasa dimakan pakai tangan, ketupat yang sudah dipotong menjadi dua bagian itu, biasanya langsung dirumat dengan tangan di atas piring sampai akhirnya bentuknya ya lebur seperti nasi biasa.
Kata teman saya memang begitu seharusnya cara memakannya, saran yang tak pernah saya dengar. Â Soalnya saya pikir kasihan orang yang sudah susah-susah bikin ketupat, tapi setelah tersaji malah dilumatkan lagi. Â Lagian kebayang tidak makan ketupat yang dihancurin pake kuah santan lalu dimakan pakai tangan.
Saya biasanya tetap berkeras makan pakai sendok. Â Walaupun ada pula cara makan ketupat pakai sendok yang di luar pakem. Â Itulah cara makan Coto Makassar.
Coto Makassar ini pertama kali saya kenal sewaktu ditraktir seorang kawan saat kuliah di Surabaya. Â Makan di sekitar Kayoon, warungnya kecil saja tapi selalu penuh dengan pelanggan sampai harus antri kala itu.
Ketupat di Coto juga relatif kecil, disajikan dengan kuah yang kaldu dagingnya sangat kental, rasanya tebal berlinang-linang dan gurihnya pas. Â Masalahnya juga ada pada cara makan ketupatnya.
Jadi, ketupat dibelah dua, dicungkil pakai sendok, baru digabungkan dengan kuahnya. Â Agak ribet dan menyusahkan bagi saya. Â Lagi-lagi waktu itu saya tak menggubris saran kawan yang mentraktir waktu itu. Â Tetap saja ketupat dicemplungin ke dalam mangkok berisi kuah coto yang nikmat.