Mohon tunggu...
R. Syrn
R. Syrn Mohon Tunggu... Lainnya - pesepeda. pembaca buku

tentang hidup, aku, kamu dan semesta

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Menunggu Pijar

25 November 2022   20:13 Diperbarui: 25 November 2022   21:58 89
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Tak ada yang lebih keras dari batu api selain hatimu, yang sesekali bisa memercik dan membakar aku menjadikan lelatu.

Mencari sisa-sisa jejak yang membekas di genangan jalan timur, saat sandyakala memijar di antara Plaosan tempat kau singgah, rupanya hanya tersisa aromamu yang menenangkan saja, yang diuarkan rerumputan sekarat di pematang setapak.

Rupanya begitu saja kata-katamu meruap, melebur asing seiring libasan angin saat kereta lewat di lintasan tengah kota dan membuat rambutmu berderai tertutupi segala kisah yang tak habis-habis

Sejenak matamu terangkat, menyanggah kenangan akan tatapan meredam amarah sewaktu bising mengacaukan ingatan-ingatan tentang itu.

Namun tetap saja, tak akan ada yang akan terulang tapi juga tak akan ada yang abadi, sementara aku tahu kau pasti akan menunggu.  Tak ada lagi-lagu yang bisa menjadi wakil dalam sepimu.  Tiada.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun