Jadi teringat saat kuliah dulu saat diadakan pertandingan sepakbola antar angkatan di lapangan sepakbola yang sekarang berubah menjadi gedung serbaguna. Rupanya olahraga tak dipandang penting lagi oleh rektor yang waktu itu mendapat guyuran dana ratusan milyar demi bangunan baru. Â
Terbatasnya jumlah stok pemain di angkatan mengakibatkan kekurangan pemain cadangan, akibatnya dua babak pertandingan cukup menguras tenaga tim kesebelasan yang orangnya ya itu-itu saja. Â Sedangkan kami para penggembira yang memberi semangat sebisanya dari pinggir lapangan tak henti-hentinya berteriak dan berkomentar semaunya.
Sampai pada titik para pemain kehabisan tenaga, meggempur pertahanan lawan terus-menerus namun tanpa ada hasil yang lumayan.  Rupanya ada salahsatu supporter kami yang geregetan karena tim yang dikasih semangat kok ya kendor tak kenceng-kenceng.  Kalau tidak salah ingat ada cewek angkatan kami yang berteriak :
"Karem, larinya lebih kenceng lagi!"
Eh, yang punya nama Karem, menoleh ke arah kami para penggembira. Â Padahal saat itu posisinya di sisi lapangan yang berlawanan dengan gerombolan kami. Â Saat dekat, dia balas berteriak:
"Enak aja ngomong gitu. Capek tahu tidak!"
Kami cuma bisa bengong, ternyata niat baik memberi semangat malah bikin emosi pemain yang kecapekan. Hehehe.
Lagian jadi pemain bola kok baperan, coba kalau pemain piala dunia ada yang emosian seperti Karem itu, apa jadinya ya. Â Sudahlah tak usah dibayangkan kelakuan kawan saya itu. Â Yang jelas rasanya tim sepakbola angkatan kami kalah, habisnya dikasih semangat malah marah-marah. Hedeh.
Itulah kenangan sepakbola antar angkatan di kampus kami dulu, yang sekarang lapangan bolanyapun ikut-ikutan jadi kenangan, apalagi sekarang tak ada terdengar rencana untuk mengganti lapangan sepakbola yang sudah jadi gedung beton yang tentu saja tak bisa digunakan untuk main sepakbola.
Entah, kawan saya yang bernama Karem itu masih ingat apa tidak dengan kelakuannya dulu, jangan-jangan lokasi lapangan bola tempat dulu dia sempat emosi pada supporter itu juga sudah lupa pula.