Minuman yang diedarkan itu berwarna putih keruh, didominasi rasa manis dan sedikit asam, serta tentu saja ada aroma khas fermentasi seperti tape ketan. Â Sementara pulut rasanya plain, karena memang cuma beras ketan yang dibakar dalam bambu tanpa ada tambahan bumbu apa-apa.
Seorang kawan yang bertugas di Taman Nasional Betung Kerihun, tak jauh dari tempat kami menginap, hanya tertawa mendengar pengalaman saat ada acara di perkampungan dayak tersebut. Katanya itu masih tak seberapa, konon sewaktu ada sebuah acara penghormatan di rumah betang, maka nyaris setiap kepala keluarga di betang mempersiapkan minuman untuk tamu yang datang. Â
Bayangkan saja misal di rumah betang itu ada sekitar 10-20 kepala keluarga. Â Apa tidak pening meminum arak yang disiapkan dan terpaksa diminum kalau tak tahu caranya menghargai pemberian mereka itu.
Jadi begitulah sekilas pengalaman sewaktu berada di pedalaman provinsi Kalimantan Barat, selain menikmati pemandangan alam yang masih alami, menyusuri sungai di tengah kawasan taman nasional, juga bisa menikmati hidangan khas mereka, walaupun secara tak disengaja.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H