Mohon tunggu...
R. Syrn
R. Syrn Mohon Tunggu... Lainnya - pesepeda. pembaca buku

tentang hidup, aku, kamu dan semesta

Selanjutnya

Tutup

Diary Pilihan

Romansa Penulis Jadul

3 November 2022   16:56 Diperbarui: 3 November 2022   17:05 281
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
foto sampul Anita dari perpustakaan.rafifamir.net

Melihat betapa derasnya arus tulisan yang masuk ke kompasiana setiap harinya, jadi merasa bersyukur bahwa betapa mudahnya sekarang membuat tulisan lalu mempublikasikannya di media, dan langsung dibaca oleh banyak orang tak lama setelah dipublish.  Tak terbayangkan dulu, para penulis di masa lampau yang harus menunggu waktu dan proses yang cukup lama sebelum karyanya di baca oleh khalayak ramai.

Semisal karya berbentuk fiksi saja, penulis harus membuat kerangka idenya, corat coret di kertas, karena tentu saja belum ada aplikasi notes di gawai seperti saat sekarang dimana ide bisa ditulis kapan dan dimana saja.  Setelah itu harus mencari mesin tik untuk mewujudkan ide dalam bentuk tulisan utuh.  Proses mengetik ini pun harus hati-hati, tidak ada tombol backspace yang bisa membatalkan tulisan yang salah, dan tentu saja tak ada kombinasi Control Z untuk mengulangi lagi ketikan yang dianggap kurang tepat.

Semuanya serba manual, salah tik artinya harus mengganti kertas seluruhnya.  Menggunakan tipe ex pun susah.  Setelah tulisan jadi pun, harus pula mengirimkanya ke koran atau majalah.  Itu pun harus menunggu cukup lama sebelum akhirnya dikembalikan atau diputuskan untuk diterbitkan.

Maka dari itulah, selalu salut untuk kegigihan penulis jaman dulu memunculkan ide dan mengolah kata sampai akhirnya karyanya bisa muncul di majalah, benar-benar perjuangan yang cukup melelahkan hanya untuk memunculkan karyanya agar dikenal oleh orang banyak.  

Sekarang, dengan kemudahan yang ada, karya tulis sesederhana apapun, bisa terbit dan dibaca hanya dalam hitungan detik.  Itupun rasanya sudah sangat menyenangkan melihat icon bergambar mata jumlahnya bertambah, yang artinya mengetahui jumlah orang yang rela meluangkan waktunya untuk membaca artikel yang ditulis.

Beruntunglah yang bisa menuangkan ide di kepalanya dengan mudah di jaman sekarang ini.  Tinggal buka internet, ketik draft, cek ulang sebentar, tambahkan ilustrasi yang sumbernya beragam, dan klik tombol tayang.  Sudah jadi secepat itu.

Tulisan ini pun idenya tak lain akibat baru saja membaca karya seorang penulis di jaman dulu yang karyanya sering muncul di majalah Anita Cemerlang, majalah khusus kumpulan cerita fiksi yang banyak berkisah tentang percintaan remaja di masa itu. Mungkin kalau penulisnya itu menceritakan langsung pengalamannya selama proses menerbitkan karya-karyanya itu sepertinya akan menjadi lebih menarik.

Saya sendiri dulu pernah coba-coba mengirimkan tulisan dalam bentuk ketikan, dan benar-benar pakai mesin tik.  Hasilnya tentu saja gagal dan jejaknya pun tak jelas, karena gaya menulis yang teramat naif, mungkin.  Rupanya, memang perlu kegigihan yang lebih biar karya bisa lebih bernas dan ditampilkan di sebuah media baca.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun