Selain roti Minseng, adalah kue pukis yang cukup sering dibawakan abah yang biasanya tiba sekitar acara Dunia Dalam Berita. Â
Pukis yang dibawakan teksturnya agak padat, warnanya kecoklatan dengan takaran gula yang pas serta pakai topping coklat meses yang cukup banyak.
Bertahun-tahun kemudian saya tak lagi bisa menemukan pukis yang enaknya sama dengan yang beliau bawakan dulu itu, tapi tak pernah menemukan rasa yang sama. Â
Memang tak juga pernah menanyakan dimana kue itu dibeli, kue yang mengembangnya pas dan tak terasa asamnya ragi, tertutupi dengan rasa manisnya yang khas.
Sempat ketemu pukis dengan rasa dan tekstur yang mendekati dengan pukis kenangan itu di kota kecil ini, tapi cuma bertahan sebentar untuk kemudian jualannya tutup entah karena apa. Â
Padahal baru di tempat itu akhirnya mendapatkan rasa yang sesuai dengan lidah saya yang agak merepotkan dengan kriteria pukis yang diinginkan hingga sering memburunya kemana-mana.
Terakhir akhirnya secara tak sengaja ketemu lagi dengan yang jualan pukis yang rasanya cukup enak, memang tak mendekati kriteria rasa idaman, tapi lumayan mengobati hasrat akan pukis yang enak.Â
Adanya di pertigaan jalan menuju pulang, harganya cuma seribu per potong.
Beberapa hari silam saat ingin membelinya, gerobak jualannya ternyata tak ada lagi. Nah, terus saya berburu kemana lagi?Â
Di tempatmu ada pukis yang enak, tidak? Soalnya itulah jenis kue yang sering saya cari dimanapun ada kesempatan jalan-jalan, dan sampai saat ini baru dua tempat jualan yang pukisnya cocok dengan selera. Â Menyulitkan sekali, ya. Â
Atau apakah harus membeli cetakannya dan berusaha membuatnya sendiri? Duh.