Di era global sekarang ini, semua orang telah di manjakan dengan pesatnya perkembangan dan kemajuan teknologi digital. Setiap manusia dalam hitungan detik bisa terhubung dengan manusia lainnya di belahan dunia mana pun. Karena hal inilah maka kemajuan teknologi tersebut dirasa ada banyak manfaat. Seperti para remaja yang pada saat ini dapat menikmati film atau video-video lainnya melalui penyedia layanan streaming video dan film, seperti Youtube, Netflix, Disney+, HBO dan lainnya.Â
Para remaja kini lebih tertarik menonton lewat gadgetnya seperti handphone dan laptop dari pada harus ke bioskop. Karena mereka hanya tinggal berlangganan ke pihak layanan streaming. Di lain sisi, ada pembatasan umur untuk film-film tertentu yang hanya boleh di tonton oleh orang dewasa saja di bioskop. Tetapi mereka bebas menonton film apa saja melalui penyedia layanan streming film. Di sini sebuah keresahan mulai muncul, bagaimana jika para remaja tersebut menonton film yang tidak sesuai dengan umur mereka ? seperti film yang banyak adegan brutal, sadis, dan berdarah-darah.
Kita ambil contoh seperti film "Merantau", film Merantau merupakan film yang di sutradarai oleh Gareth Evans yang di bintangi oleh Iko Uwais. Di film ini banyak sekali berisikan adegan kekerasan, mulai dari kekerasan fisik maupun non fisik. Kekerasan fisik seperti memukul, menampar, menendang dan lain-lain. Sementara untuk kekerasan non fisik seperti membentak, memaki, menghina, menjuluki, meneriaki, memandang sinis, memandang penuh ancaman, mempermalukan dan lain-lain. Jika film seperti ini di tonton oleh para remaja yang pada umumnya belum bisa mengontrol emosinya secara penuh. apakah dapat mempengaruhi agresivitas remaja tersebut ?
Agresivitas pada remaja merupakan suatu perilaku atau luapan emosi yang tidak dapat mereka kendalikan, sehingga dapat menyebabkan mereka menyakiti diri sendiri maupun orang lain. Sering menonton adegan kekerasan juga dapat menjadi penyebab munculnya perilaku agresivitas pada remaja. Usia remaja merupakan masa krusial, karena pada tahap ini perubahan emosi remaja akan naik turun serta merupakan masa transisi menuju dewasa. Apabila tidak dapat mengendalikan emosinya di khawatirkan akan berpengaruh pada saat mereka dewasa nanti.
Menurut The Australian Pyschological Society " setidaknya selama 20 tahun sudah ada kesepakatan di antara sebagian besar peneliti psikologi yang terlibat aktif. Penelitian ini menyimpulkan bahwa kekerasan di media televisi memiliki kontribusi para perilaku agresi dan tidak mempunyai sikap simpati dan empati yang akan berdampak kepada orang lain. " Orang tua harus menjadi media pembelajaran apabila anak remajanya terlanjur menonton adegan kekerasan dalam film atau serial, seperti misalnya mengemukakan pendapatnya dan mengajak berdiskusi tentang adegan kekerasan yang tadi ditampilkan, bahwa hal tersebut merupakan perilaku yang sangat tidak baik dan berbahaya untuk di tiru. orang tua sangat di butuhkan dalam mengawasi anak remajanya saat menonton film.
Orang tua harus selangkah lebih maju supaya dapat mengawasi kebebasan anak remajanya, agar mereka tidak terjerumus ke hal-hal negative yang dapat merubah perilaku mereka menjadi agresif. Keluarga memegang peranan penting dalam pembentukan karakter dan emosi pada saat remaja. karena apabila tingkah laku anak remajanya menyebabkan keresahan di masyarakat, maka akan di anggap sebagai kesalahan keluarganya. untuk mengurangi kegiatan menonton film dapat dialihkan ke dalam kegiatan yang positif, melakukan aktifitas lain, bersosialisai dengan teman sebayanya atau dapat mengarahkan mereka ke hobi baru yang menyenangkan.
my blog: speakingformaself.blogspot.com
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H