Baru baru ini sekitar 1000 sopir taksi filiphina dapat berbahasa indonesia. Memang sopir taksi bukan sebuah ukuran dari keseriusan sebuah negara dalam mengahadapi MEA ini. Tapi mengapa sopir taksi Filiphina belajar bahasa indonesia? Ini merupakan sebuah indikasi bahwa indonesia merupakan peluang bisnis meski kita lihat dari 1000 sopir taksi. Memang itu tidak terlalu berpengaruh terhadap perekonomian suatu negara tapi lihatlah SDM filiphina yang sangat serius dalam menghadapi MEA. Bagaimana jika sopir taksi ini menguasai pasar dan bagaimana nasib sopir taksi indonesia? Ini merupakan PR bagi kita semua. Sudah saya katakan tadi jika seorang yang kaya raya tidak memiliki keahlian dalam mengelola uang itu pecuma. Jika negara memiliki kekayaan yang berlimpah atau SDA yang berlimpah itu sia-sia jika masyarakat atau SDMnya berleha-leha. Mari sadarkan sesama untuk membangun indonesiaÂ
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H