Mohon tunggu...
Raafi'ud Darajaat
Raafi'ud Darajaat Mohon Tunggu... -

http://t.co/9gntXbheto

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Ya Sudahlah? Lanjutkanlah!

26 Maret 2014   03:02 Diperbarui: 24 Juni 2015   00:28 84
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Seperti biasa, langit senja menemani sore hariku ini di sebuah atap gedung yang biasa tempat dimana aku mengungkapkan segala isi hatiku kepada sesuatu yang tidak akan membalas semua omonganku.

“Ahh, kenapa hidup ini terasa susah!, kenapa hadirnya diriku ini bagaikan benalu kepada semua orang, kapan aku bisa membahagiakan orang-orang yang aku sayang?” teriakku dalam hati, sambil memasukkan tangan kedalam kantong celana, berjalan dan menendang bayanganku sendiri, dengan kepala yang tertunduk. Kemudian aku duduk, membayangkan semua kenangan masa lalu yang seandainya itu semua bisa diulang dan aku ingin merubahnya menjadi cerita yang bahagia, tapi itu semua hanya angan-angan dan tidak akan bisa diubah seperti cerita yang bisa ditulis ulang.

“Hey bal, ngapain kamu diem aja dari tadi aku perhatiin” teriak teman ku yang ternyata dari tadi dia memperhatikan gerak-gerik bodohku ini, yang akhirnya sekaligus dia membangunkan diriku dari lamunan yang mengandai-andai sehingga beberapakali membasahi pipiku ini, “wah, habis nangis ya kamu, bilang, siapa yang habis gangguin kamu, bilang siapa?, udah bosen hidup tuh orang, bilang aja bal, biar nanti kita habisin bareng-bareng!”. ”Ya udah habisin aja orang yang ada disampingmu sekarang”, “lah? Kenapa? Kok malah kamu?”, “ya udah, ngapain pake banyak tanya, katanya pengen ngehabisin orang yang bikin nangis aku? Ya ini orangnya! Buruan, jadi gak?, klo nggak biar aku lompat aja dari atas sini”, “wah-wah, kok kamu jadi pasrah gitu? Udah bosen hidup kamu mau main lompat-lompat dari atas sini, mati aja baru tau rasa kamu”, “iya aku udah bosen hidup, aku cuman bisa nyusahin orang aja soalnya”.

“Hei, kamu hidup gak boleh pasrah kayak gitu, kamu laki-laki bukan?”, “ya iyalah aku laki-laki, masa harus ditunjukin”, “coba tunjukin? Kamu aja sekarang nangis-nangis pengen lompat dari sini, itukan tandanya kamu pasrah trus menyerah dari kehidupan ini. Kamu itu seharusnya bersyukur udah bisa hidup sampe sekarang ini, coba kamu pikir, kita ini terlahir sebagai pemenang, dan kalo bisa kita mati juga sebagai orang yang dikenang, bukan pasrah menyerah kayak gini, memang kita nggak tahu sampai kapan kita hidup, tapi setidaknya kita sudah bisa berusaha memberikan yang terbaik buat orang-orang yang ada disekitar kita”, “iya aku juga maunya gitu, tapi susah, bingung gimana caranya”, “susah gimana? Coba mulai dari hal yang kecil, kamu seringlah membantu orang-orang yang ada disekitar kamu”, “udah, tapi dari mereka nggak ngasih tanggapan apa-apa”, “jangan pernah bosen walaupun mereka gak pernah peduli sama kamu, niatin kamu pengen membantu biar bisa ngebahagiain orang-orang yang kamu sayang, bukan mengharapkan balasan dari orang”.

Entah kenapa tiba-tiba hatiku ini terasa bergetar sejak aku dikasih masukan, apakah mungkin selama ini aku emang terlalu mudah menyerah? Terlalu mudah pasrah? “Oke deh nanti aku coba lagi, makasih atas masukannya”, “nah gitu, hidup itu harus penuh dengan semangat, ingat kita itu lelaki, harus bisa membantu yang lemah, bukan membuat yang lain menjadi kalah, ajak dan bahagiakan sekelilingmu, aku, kamu, kita lelaki buat lah dunia jadi indah, bukan pasrah trus menyerah dan jangan pernah ada kata Ya Sudahlah dalam hidupmu, tapi ubah kata itu menjadi Lanjutkanlah, karna suatu perubahan dalam dirimu itu bukan dari orang lain, tetapi dari dirimu yang bisa mengubah segalanya, karena dirimulah yang menentukan setiap langkah, jangan biarkan sikap pasrah bunuh impianmu yang megah”

To be Continue…

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun