Dapur, sumur, dan kasur. Tiga kata tersebut biasanya kita dengar dari orang-orang terdahulu, yang artinya ketika perempuan beranjak dewasa dan kelak menikah tidak urusannya hanya di dapur untuk masak memasak, di sumur untuk mengurusi rumah dan seisinya, dan di kasur yang artinya melayani suami dan anak saja. Namun lambat laun tiga kata itu kian memudar, dewasa ini sudah banyak kaum hawa yang bisa membuktikan kemampuannya setara dengan kaum lelaki, walau bukan dalam urusan fisik tapi dalam urusan karir dan bisnis, khususnya di bidang wirausaha.
Kini sudah banyak wirausaha dari kaum perempuan, salah satu contoh suksesnya ialah Hasnah, Pembibit Itik. Selaras dengan hal tersebut Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (KEMENPPPA), Yohana Yembise dalam kunjungannya ke Cina dalam rangka pertemuan Women Leadership W20 yang membahas tentang upaya pemberdayaan dan perlindungan kaum perempuan serta melibatkan kaum perempuan dalam pembangunan nasional, baik di lembaga legislatif, eksekutif, dan yudikatif.
"Lima puluh lima puluh juga berarti yang dilipatgandakan dengan angka 50. Setiap ada peluang berikan kepada perempuan 50, kemudian dilipatgandakan sekian kali 50 dan seterusnya," ujar Menteri Yohana.
Menteri Yohana juga menekankan pentingnya keterlibatan Indonesia dalam pertemuan W20. Ajang pertemuan ini dapat menjadikan masing-masing antarnegara saling berbagi pengalaman. “Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak berusaha untuk terus melibatkan sebanyak-banyaknya perempuan dalam pembangunan nasional.”
Semoga dengan adanya partisipasi Indonesia di kancah internasional tersebut bisa benar-benar membangkitkan, merubah, dan menyamaratakan nasib kartini-kartini Indonesia.
Majunya sebuah bangsa bisa dilihat dari nasib para perempuan dan anak-anaknya, saya percaya itu.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H