Pandemi merupakan klasifikasi teratas untuk tingkatan luas penyebaran sebuah penyakit yang artinya penyakit tersebut sudah mewabah ke berbagai belahan dunia.
Bersama-sama kita semua saat ini tahu bahwa virus corona atau covid-19 tengah menjadi malapetaka seluruh umat manusia di dunia. Bagaimana tidak, virus corona telah meyebar ke lebih dari 169 negara dunia dengan angka kematian akumulasi global sebanyak 175.694 dan 674 jiwa untuk nasional (covid19.go.id per 23/4).
Banyak perubahan yang tengah terjadi di sekeliling kita, salah satunya pada sisi sosial kemasyarakatan. Menjaga jarak (phisycal distancing), bekerja dari rumah (work from home) dan pembatasan sosial berskala besar (PSBB) menjadi istilah yang mungkin saja paling banyak disebutkan sampai saat ini kita temukan dan dengar di media daring, luring,televisi serta radio.
Pelaku akademisi yang bisa kita sebut para guru dan dosen menerapkan sistem belajar daring melalui gawai masing-masing agar aktivitas pendidikan tidak putus begitu saja akibat pandemi, hal itu juga diterapkan para pelaku industri yang menghasilkan produk berupa barang maupun jasa.Â
Semisal saja produk makanan, saat ini dengan mudah kita dapatkan dengan membeli di toko online tanpa harus keluar rumah, begitu pula dengan jasa.
Jasa pelatihan yang biasanya diadakan tatap muka lalu melakukan workshop and training seketika berubah menjadi serba online. Sampai kapankah ini akan berlangsung? Work from home, conference call via Zoom, physical distancing, inikah fenomena The New Normal?
Adaptasi Humas dan Media dalam Masa Krisis Pandemi
Webinar Perhumas & Majalah Tempo
Seperti kebanyakan orang lainnya, mencoba rutinitas baru dengan turut mengikuti seminar daring (webinar) yang menghadirkan sosok humas dan sosok media yakni Agung Laksamana Ketua Perhumas dan Arif Zulkifli Pemimpin Redaksi Majalah TEMPO.
Tema yang diangkat sungguh menarik bagi saya pribadi sebagai sosok yang bekerja sebagai humas/public relations (PR). Sedikit rangkuman singkat yang saya serap dari webinar "Brand Storytelling Techniques During Crisis" yang berlangsung pada 22 April 2020.
Sebagai seorang praktisi PR, apa yang harus dilakukan pada saat the new normal saat ini?
Be Visible, Be Presence