Mohon tunggu...
Rizky C. Saragih
Rizky C. Saragih Mohon Tunggu... Administrasi - Public Relations

Lihat, Pikir, Tulis. Communications Enthusiast | @rizkycsaragih

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Sobat Ambyar, Sobat Gawai

31 Desember 2019   00:52 Diperbarui: 31 Desember 2019   01:43 221
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Penonton musik | sumber: Duodolly Official

Saya rasa banyak dari pembaca sudah bisa menebak tulisan "AMB" pada layar gawai yang dipegang salah satu penonton musik Didi Kempot tersebut. Yep benar! sudah pasti "Sobat Ambyar", sebuah sebutan untuk para fans/penonton Didi Kempot (Lord Didi). Seorang penyanyi dan penulis lagu campursari berasal dari Surakarta/Solo yang pada tahun 2019 ini tengah naik daun.

Secara pribadi, sudah sangat lama mendengar lagu lantunan Didi Kempot . Mungkin tidak asing dengan lagu "Stasiun Balapan", lagu tersebutlah yang familiar bagi saya sebelum mampir ke channel YouTube Gofar Hilman yang berjudul "Ngobam Didi Kempot". Ingat betul saat video Ngobam Didi Kempot tersebut di upload, trending topic #NgobamDidiKempot langsung memasuki 5 besar di Indonesia dan trending nomor 3 di YouTube saat itu. Gila! Ujar saya dalam hati, apa yang menarik sih? 

Tidak lama setelah muncul melalui YouTube Gofar Hilman, banyak lagu-lagu campursari Didi Kempot yang saya dengarkan dan perlahan langsung suka! Padahal saya tidak mengerti bahasa Jawa. Kurang dari 1 tahun Didi Kempot bersama ragam karyanya booming di dunia jagat maya, lagu campursari yang mungkin erat dengan kesukaan orang tua, namun tampaknya tidak berlaku untuk Didi Kempot. Begitu banyak muda-mudi milenial yang mendominasi ketika Didi Kempot melangsungkan pertunjukkan. Tidak itu saja, secara online pun kebanyakan netizen muda yang membanjiri komentar-komentar di YouTube, Instagram, Facebook maupun Twitter.

Sobat Ambyar, Sobat Gawai

Mungkin terlalu banyak hal yang harus saya riset untuk mengutarakan fenomena naik daun Didi Kempot dengan musik campursarinya, namun yang menjadi concern saya kali ini adalah fenomena para penonton musik Didi Kempot yang dikenal dengan "Sobat Ambyar". Bisa ditemukan lewat YouTube kemeriahan para penonton dan penghayatan mereka dengan ratusan bahkan ribuan gawai digenggaman untuk mengabadikan momen, baik itu rekam video maupun foto.

Tulisan sumber: Duodolly Official
Tulisan sumber: Duodolly Official
Menariknya adalah, dahulu mungkin tiap kali kita lihat konser musik yang terlihat adalah bendera maupun poster fisik yang dibentangkan oleh para penonton sebagai bentuk ungkapan ekspresi maupun menunjukan identitas bahwa ia ataupun mereka adalah bagian dari sang penyanyi/band. Namun pada case Sobat Ambyar ini yang saya temukan adalah, kebanyakan dari mereka menggunakan smartphone/gawai mereka untuk menuliskan identitas mereka dengan beragam tulisan, seperti "Sobat Ambyar, Sadbois, Sadgirls dll."

Sungguh kearifan lokal dari dunia seni musik campursari sudah secara organik dikawinkan dengan perkembangnya teknologi, dalam hal ini adalah gadget/smartphone/gawai dimanfaatkan menjadi medium visual oleh orang banyak yang berkumpul dalam suatu acara dalam rangka menunjukkan identitas mereka dan memeriahkan acara. 

Didi Kempot dalam program acara TV Nasional membawakan lagu-lagu campursari. Tangkapan layar YouTube TRANS7 OFFICIAL
Didi Kempot dalam program acara TV Nasional membawakan lagu-lagu campursari. Tangkapan layar YouTube TRANS7 OFFICIAL

Riding the Wave

Untuk para praktisi/akademisi Public Relations (PR) mungkin istilah "riding the wave" sudahlah tidak asing. Menunggangi sebuah tren yang sedang viral/happening/popular untuk kepentingan sebuah produk maupun hal lain bisa menjadi salah satu strategi yang cukup efektif. Di tren musik campursari Didi Kempot ini, "Sobat Ambyar" dan "Cendol Dawet" mungkin saja bisa dimanfaatkan bagi para pengusaha kuliner minuman Es Cendol sebagai sarana marketing yang unik nan menarik serta menjanjikan, mungkin?

Bila itu analisa liar saya dari sisi marketing, dari sisi Public Relations/humas bila mengingat dengan skala nasional aliran musik campursari ini gemari berbagai kalangan, Cendol Dawet yang merupakan jenis makanan/minuman khas asli Indonesia bisa menjadi amunisi yang cukup tajam membentuk image keindahan ragam kekayaan dan budaya Indonesia.

Kearifan lokal, solusi global? Bisa jadi! Selamat menyambut tahun baru 2020, kembali untuk diingat bahwa sebanyak 265 juta penduduk Indonesia adalah humas bagi tanah air tercinta kita tersendiri, marilah budayakan #IndonesiaBicarabaik

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun