Ada pepatah yang mengatakan Mulutmu, Harimaumu! Rasanya istilah ini tak lagi berlaku di zaman now saat ini, lalu apa? Tweet-mu, Harimaumu!
Fenomena dunia siber yang melesat tinggi nampaknya tengah melanda negara kita beberapa tahun belakangan ini. Digitalisasi tidak menyasar tentunya kepada perseorangan saja namun juga kepada institusi, lembaga, korporasi dan lainnya. Sebelum membahas penerapan di industri-industri dan berbagai sektor yang ada di Indonesia, berikut sedikit gambaran digital yang ada di dunia dan khususnya Indonesia.
Hal ini tidak mengherankan untuk saya pribadi, masih teringat pada tahun 2011 lampau ketika masih magang di Fortune PR dan kebetulan menangani klien smartphone dari negeri Cina yakni ZTE, masih sangat jarang sekali varian telepon pintar pada saat itu, sangat melesat jauh dibanding hari ini, bertebaran gawai layar sentuh nan canggih dengan berbagai Artificial Intelligence (AI) yang tertanam didalamnya.
Adakah korelasinya dengan sikap perusahaan Adhi Karya?
Tentu saja latar belakang daripada saya membuat tulisan ini adalah, ketika perusahaan konstruksi yang mulai concern terhadap dunia digital. Â Apa saja korelasinya?
Teknologi; Perkembangan teknologi dalam bentuk internet, membuat komunikasi massa menjadi berubah. Publik yang dahulu menjadi penonton atau pembaca, sekarang kita semua bisa menjadi seorang "content producer" disamping menjadi user.
Politisasi; Melekatnya label infrastruktur dengan sosok pemimpin atau calon pemimpin membuat proyek acap kali dipolitisasi baik sebelum, saat dan sesudah kampanye pemilu.
Flooded Informations; Semakin tidak terkontrol dan derasnya arus informasi yang berlalu-lalang di masyarakat, ketidakpastian dan kebenaran informasi, sehingga membuat subur "hoax" dan isu negatif di dunia industri. Hal ini menjadi sangat penting untuk di dalami oleh seorang yang menduduki peran komunikasi perusahaan (baca tulisan saya sebelumnya tentang PR in The Age of Distruption)