[caption id="attachment_275688" align="aligncenter" width="614" caption="SBY (Foto: demokrat.or.id)"][/caption] Meski beberapa nama telah digadang-gadang bakal menjadi calon presiden (capres) dan calon wakil presiden (cawapres) dari Partai Demokrat, namun dipastikan, semuanya akan melalui proses konvensi yang dilakukan oleh partai berlambang Mercy tersebut. Pasangan capres-cawapres Partai Demokrat akan didasarkan pada survei yang dilakukan minimal 2 kali oleh 3 lembaga survei yang berbeda. Dengan demikian, pesertanya bukan hanya kader partai namun terbuka juga untuk calon non-kader Demokrat. Ketua Umum Partai Demokrat Susilo Bambang Yudhoyono menjamin bahwa konvensi akan berjalan adil tanpa membedakan kader maupun tokoh non-kader. Untuk ini, capres-cawapres dapat mengajukan diri sebagai peserta konvensi. Tokoh yang ditetapkan sebagai peserta akan mengikuti seluruh proses konvensi yang rencananya berlangsung selama 8 bulan tanpa proses penyisihan. Dan peserta konvensi tersebut akan diumumkan paling lambat pada akhir Agustus 2013 mendatang. Sebagaimana diketahui, beberapa nama dari luar Partai Demokrat berpeluang besar memenangkan konvensi tersebut. Mereka adalah Mantan Wakil Presiden Jusuf Kalla, Menteri BUMN Dahlan Iskan, dan mantan Ketua Mahkamah Konstitusi Mahfud MD. Ketiga nama tersebut berada pada posisi teratas berdasarkan hasil survei yang dilakukan oleh Lembaga Survei Nasional (LSN) di 33 provinsi, pada 1-10 Mei 2013 lalu. Jusuf Kalla di posisi teratas (21,2 persen), kemudian disusul Dahlan Iskan (18,2 persen), dan Mahfud MD (14,3 persen). Adapun kader Demokrat menguntit di posisi keempat, yakni Ani Yudhoyono (7,1 persen), selanjutnya Marzuki Alie (4,3 persen), dan Gita Wirjawan (3,2 persen), serta Sri Mulyani Indrawati (3,1 persen). Adapun Pramono Edhie Wibowo yang disebut-sebut bakal diduetkan dengan Ketua Umum Partai Amanat Nasional (PAN), Hatta Rajasa berada di posisi delapan dengan 1,9 persen. Melihat data di atas, sepertinya memang tokoh non-kader punya peluang yang lebih besar untuk diusung Partai Demokrat menjadi capres-cawapres pada Pilpres 2014. SBY-pun tentu telah menimbang matang-matang akan hal ini. Keberaniannya membuka diri bagi calon dari luar Demokrat adalah bukti pemimpin yang visioner. Keterbukaannya tersebut merupakan cerminan visi kenegerawanan SBY dalam ikhtiar mencari pemimpin terbaik. Pemimpin yang adalah pilihan dan aspiriasi masyarakat Indonesia. Pemimpin yang bukan sekadar ‘titipan’, jagoan dan atau pilihan kelompok tertentu. Aspirasi rakyat yang dilakukan melalui survei setidaknya akan menjaring calon pemimpin yang benar-benar akan membawah ‘napas baru’ bagi kehidupan dan keberlangsungan bangsa ini. Suara dan aspirasi murni dari masyarakat akan calon pemimpin masa depan. Keputusan berani yang diambil oleh SBY ini merupakan keputusan yang sangat demokratis. Setidaknya sikap demokratis juga sudah ditunjukkan kala SBY membebaskan putranya Edhie Baskoro Yudhoyono untuk mendukung Andi Mallarangeng dalam kongres Demokrat di Bandung tahun 2010 lalu, meskipun pada akhirnya kalah dari ketua umum terpilih, Anas Urbaningrum. Sikap terbuka dan demokratis ala SBY ini juga menjadi ‘arde’ (baca: penangkal) terhadap berbagai isu miring seputar kemunculan adik iparnya Pramono Edhie Wibowo dalam bursa capres tersebut. Pramono disebut maju sebagai capres hanya untuk mengamankan keluarga Cikeas dari berbagai dugaan terlibat pada sejumlah kasus. Maka, melalui konvensi akan menepis semua isu miring tersebut. Dengan konvensi, proses nominasi presiden jelas lebih demokratis. Sekali lagi, bukan hanya pengurus, pejabat partai, atau anggota partai saja yang bisa terlibat dalam proses tersebut. Dari luar partai (non-kader) pun bisa masuk dalam bursa pencalonan tersebut. Dan lebih dari itu, dengan konvensi memungkinkan figur yang akan mencalonkan diri jadi presiden berkompetisi secara terbuka. Artinya, konvensi dilaksanakan secara transparan karena melibatkan rakyat dalam pemilihan dan penetapan pemenang. Inilah konvensi “baru”, inovasi politik yang begitu besar. Konvensi yang digagas Demokrat juga merupakan gagasan baru dan lebih efisien. Konvensi yang dilakukan melalui survei nasional akan menghasilkan pemimpin baru, pemimpin yang mencerminkan aspirasi pemilih nasional. Inilah kesungguhan, sekaligus bukti keseriusan SBY sebagai negarawan sejati, pemimpin yang patut diteladani. “Inilah ikhtiar SBY mencari pemimpin terbaik di negeri ini”.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H