"Pendidikan adalah ikhtiar paling fundamental dalam membangun bangsa Indonesia,"--Â Anies Baswedan.
Tak bisa dipungkiri bahwa pendidikan merupakan ciri khas bangsa-bangsa maju dan berbudaya. Bila kita merunut sejarah, maka dapat dipastikan bahwa bangsa yang maju dan berbudaya tinggi sejak masa pra masehi hingga millenium ketiga ini, selalu ditandai dengan tingginya tingkat pendidikan. Dari zaman Mesir dan Yunani kuno hingga era modern saat ini, selalu kita temukan satu benang merah yakni syarat dari kemajuan suatu bangsa adalah memperhatikan taraf pendidikan masyarakatnya.
Lalu bagaimana dengan realitas pendidikan kekinian di Indonesia, terutama di Maluku dan terlebih khusus di Kabupaten Seram Bagian Timur? Berdasarkan survei Badan Pusat Statistik Kabupaten Seram Bagian Timur, jumlah masyarakat putus sekolah di tahun 2015 secara keseluruhan mencapai 19,56 persen dengan rincian 68,14 persen yang tidak melanjutkan sekolah ke perguruan tinggi, 24,22 persen yang tidak sekolah setingkat SMA/MA dan 3,54 persen yang putus sekolah setingkat SMP/MTs dari total penduduk  108.410 jiwa.
Melihat fakta faktual tentang masih tingginya angka putus sekolah di Kabupaten Seram Bagian Timur, maka sudah saatnya seluruh elemen masyarakat terdidik tanah Ita Wotu Nusa turut rembuk memformulasikan suatu gerakan pendidikan yang berpotensi meningkatkan taraf pendidikan di sana.
Guna menjawab tantangan tersebut, kami kaum muda di Desa Suru, Kecamatan Siritaun Wida Timur, langsung mendirikan sebuah rumah baca bermodel  gerakan sosial (social movement) pada 26 Juni 2017 kemarin, namanya Rumah Baca Suru (RBS). Kami secara sukarela bergerak mendidik warga Desa Suru usia sekolah dasar hingga menengah atas agar melek pendidikan.
Rumah Baca Suru (RBS) didirikan oleh sekelompok muda-mudi Desa Administratif Suru dari berbagai latar belakang pendidikan dan pekerjaan. Komunitas Rumah Baca Suru dengan motto Education for Empowerment ini, berupaya merespons stagnasi pendidikan Desa Administratif Suru seperti buta aksara, minimnya akses informasi pendidikan dan sarana belajar.
Pola gerakan RBS di bagi tiga:
- Evolutif (kognitif)
- Taktis strategis (Praksis)
- Revolutif (pengawasan)
Salah satu dari sekian program unggulan kami adalah pengadaan 1000 buku per tahun yang bekerjasama dengan berbagai stakeholders. Program pengadaan 1000 buku yang diadakan oleh Rumah Baca Suru di tahun pertama berdiri ini, didasari realitas perkembangan pendidikan yang masih lambat di Desa Administratif Suru, Kec. Siritaun Wida Timur, Kab. Seram Bagian Timur (SBT).
Selama ini, Desa Adm. Suru belum memiliki perpustakaan desa dan perpustakaan sekolah yang kosong melompong dari buku-buku yang seharusnya berjejeran di sana. Sebab itu, menjadi satir sekaligus ironik jikalau ada di antara kita yang menggaungkan semangat membaca tanpa mendistribusikan buku kepada masyarakat.Â
Lantas apa yang harus mereka baca? Pertanyaan ini hanya akan terjawab jika kita semua bekerjasama mendonasikan buku yang layak dan semestinya dibaca. Kalau sudah begini, menjadi mutlak diperlukan gerakan donasi buku yang kami adakan ini, guna memenuhi kebutuhan pendidikan di Desa Adm. Suru.
Selain itu, ada pula Beasiswa Daftar Kuliah. Tentu saja bukan biaya keseluruhan tapi hanya formulir pendaftaran saja. Nah, tak kalah penting kami ingin melahirkan para hafiz dan hafidzah dengan Beasiswa Tahfidz Al-Quran yang bekerja sama dengan seluruh Taman Pengajian Al-Quran di Desa Adm. Suru. Pelatihan Bahasa dan Computer, RBS bekerja sama dengan mahasiswa dari Suru atau kami coba carikan relawan pengajarnya.
Sedangkan program Sehari Berbahasa Daerah adalah langkah prefentif agar anak-anak kampung seng lupa dong pung bahasa karena terkontaminasi bahasa gaul sinetron. Terakhir ada program Satu Tahun Satu Buku dan Kelas Inspirasi adalah tanggungjawab penuh para inisiator untuk menginjeksi semangat para siswa RBS dengan karya intelektual dalam bentuk buku, juga mendatangkan orang-orang sekitar yang bisa berdiskusi dan memberi semangat akademis kepada para siswa di Desa Adm. Suru. Â Â
Namun, sungguh semua itu taka da artinya bila kita tak membalut gerakan ini dengan nilai moral komunitas. Untuk itu, Rumah baca suru (RBS) didesain sebagai komunitas independen yang menghargai dan menghormati pluralisme, kritisisme serta cara pandang insklusif. Rumah Baca Suru melakukan pembinaan pendidikan berkelanjutan, membuka akses informasi, juga riset dan kajian mendalam tentang pendidikan guna memenuhi hak pendidikan sesuai amanat UU Dasar 1945.
Rumah Baca Suru akan menjaga integritas moral, intelektual, organisasional, maupun sosial dalam menjalankan fungsi komunitas serta mendedikasikan diri sepenuhnya di bidang pendidikan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H