“Salahkah aku? Merindukan dia yang telah bersamanya?” Entah mengapa, hatiku terpaut sejak pertama kali aku bertemu dengannya. Bertemu di sebuah ruangan sempit tempatmu bernaung untuk mengabdi. “Tuhan, apa maksud-Mu mempertemukanku dengannya?”
***
Sore itu hujan rintik-rintik membasahi bumi. Aku putuskan untuk ikut bersama sahabatku pergi ke sebuah klinik. Tak pernah aku berharap untuk bertemu dengannya. Tak pernah ku sangka pula sebelumnya, aku akan bertemu dengan dirinya.
Suasana hangat kala itu tercipta diantara aku dan kamu. Kamu dengan senyum yang selalu merekah di bibirmu itu membuat hatiku terasa damai. Kamu dengan senyummu itu tak henti-hentinya bercerita tentang pengalamanmu ketika berada di rumah sakit. Kegelisahanmu ketika berada di ruangan operasi. Ketidaktegaannya dirimu sewaktu seorang perawat menolak pasien miskin untuk berobat. Ataupun pengalamanmu ketika sedang berjaga di sebuah rumah sakit.
“Prang!” Dari cerita-cerita menarikmu yang singkat itu membuatku kagum akan sosokmu. Sosok yang tak tegaan terhadap perempuan. Walaupun itu hanya tersirat dari cerita dan tatap matamu yang ku tangkap selama berbincang.
Kamu. Meskipun pada saat itu kita belum sempat berkenalan. Belum sempat mengetahui nama panggilanmu. Begitu pula denganmu. Yang belum mengetahui namaku. Tapi entah mengapa, aku seperti sudah mengenalmu lama.
***
Kamu. Meskipun aku baru mengenalmu pada hari itu. Pada sore itu. Getaran hebat menyeruak kencang dalam sanubariku. Benar-benar aku tak mampu menahan perasaanku yang bergetar dengan kencangnya saat itu. Ketika mata kami beradu pandang. Pribadimu yang ramah membuatku kian terpesona saja. Baru kali ini, aku merasakan perasaan kagum di awal jumpa dengan seseorang. Seseorang seperti dirimu. Sosok yang patut dikagumi dengan segala kebaikanmu.
“Tuhan, terimakasih telah memperkenalkanku dengan dirinya.” Apa jadinya jika sore itu aku terabas hujan? Apa jadinya jika aku enggan untuk masuk ke ruangan kecil itu? Ah! Aku benar-benar beterimakasih pada Tuhan atas kesempatan itu. Kesempatan bertemu dan mengenal sosoknya yang kini aku rindukan. Ya! Entah mengapa, aku merindukan sosoknya. Sosok yang telah memiliki kekasih itu. “Aku tau itu!”
“Dosakah aku?” Di dalam setiap doa. Aku selalu memohon dan meminta petunjuk-Nya. Selalu terselip nama laki-laki muda itu di setiap doaku. Di setiap sujud panjangku.
“Salahkah aku?” Entah mengapa, aku selalu merindunya. Sosok yang menenangkan dan mendamaikan hati itu.
***
[caption id="attachment_172208" align="aligncenter" width="249" caption="Setitik cahaya di tengah temaram gelap kota (="][/caption]
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H