Mohon tunggu...
Razan Ihtifazhuddan
Razan Ihtifazhuddan Mohon Tunggu... -

Membaca dan Menulis dapat dijadikan resep sehat untuk memperluas wawasan, meningkatkan daya fikir dan memperkuat daya ingat

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Sertifikasi Guru jadi Ladang Penghasilan...

7 Februari 2014   21:32 Diperbarui: 24 Juni 2015   02:03 65
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Syair lagu berjudul Oemar Bakri yang dinyanyikan Iwan Fals menceritakan ironisme nasib guru. Guru yang yang berjasa mencerdaskan muridanya tapi tak menerima “imbalan” sepadan dari gaji yang diterima. Banyak yang mengatakan, jika lagu itu dinyanyikan saat ini akan terkesan aneh. Waah… kalau itu benar, maka kemungkinan suatu saat lagu itu hanya pantas dinyanyikan di ruang musium. Pesona sertifikasi, kini datang. Tentu saja bagi yang telah menikmatinya. SEBAGIAN guru sudah menikmati manisnya menjadi guru yang digaji di atas rata-rata. Profesi guru saat ini menjadi profesi yang bergengsi. Tidak heran kalau seorang guru dulu, jika ditanya, kerja di mana pak?. Dia lebih memilih menjawab, “saya kerja di Dinas Pendidikan”. Bagi guru yang tinggal di pedesaan banyak memanfaatkan tunjang tersebut untuk berinvesatasi dengan membeli tanah baik yang berupa sawah atau ladang. Saat ini guru di daerah pedesaan tidak terlalu dipusingkan oleh kebutuhan primer, semacam pangan, papan dan sandang. Bahkan saat ini banyak guru yang dapat memenuhi pendapatan sekundernya. Jumlah guru yang mengendarai mobil saat berangkat kerja semakin meningkat. Tentu hal itu menyiratkan kebahagian tersendiri. Namun sebagai seorang guru yang bijak, semestinya menjadikan pelajaran. Bukankah di balik kebahagiaan akan ada ketidakbahagiaan (ribet banget). Lihat saja beberpa kasus, meningkatnya penghasilan guru kini seiring dengan meningkatkannya angka perceraian di kalangan guru. Guru pria yang meningkat penghasilannya merasa layak mendapatkan pasangan yang lebih baik secara fisik dibandingkan pasangan sebelumnya. WIL kemudian menjadi pilihan. Semenetara itu bagi guru wanita yang telah mendapat tunjangan profesi, muncul perasaan arogan terhadap suami. Jika dulu dengan pendapatan suami yang relatif pas-pasan bisa menerima, setelah gajinya lebih tinggi timbul ketidakpuasan. Ketidakpuasan berujung pada ketertarikan dengan lelaki lain yang dianggap layak menajdi suaminya baik secara fisik maupun finansial. Masalah lain, ketika pemerintah memprogramkan sertifikasi guru, tujuannya bukan blank page belaka. Semua guru diharapkan menjadi lebih profesional, selalu meng-up date pengetahuanya. Laptop, PC, printer, atau modem, tidak lagi dikatakan mahal sehingga tidak dipergunakan mengakses internet. Tidak elok rasanya guru berebut membaca koran di kantor karena di rumah tidak berlangganan koran. Lucu, ketika guru penerima tunjangan profesi tidak pernah menginjakkan kakinya ke toko buku untuk mencari buku referensi yang relevan dalam meningkatkan kompetensi dan profesionalitasnya. Tidak heran jika pemerintah melalui penilaian kinerja guru yang akan segera dilakukan pada tahun 2013, guru dipaksa untuk selalu bekerja secara profesional. KATANYA….. Uji kompetensi yang akan dilakukan. Bukankah itu adalah “bentuk ancaman” bagi guru. Tunjangan yang telah diterimanya akan dicabut jika tidak lulus uji kompetensi membayangi guru bersertifikasi. Tidak heran jika kemudian guru memalui PGRI meminta pemerintah untuk tidak mencabut tunjangan bagi guru yang tidak lulus uji sertifikasi yang akan dilakukan. Lantas bagaimana bagi guru yang belum menerima sertifikasi?. Tentu saja lagu Iwan Fals, masih keren…

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun