Masalah metode dan metodologi bukan hanya hal tunggal yang dipelajari dalam disiplin ilmu sejarah. Disiplin ilmu sejarah juga membahas berbagai teori. Hasil dari pemikiran seseorang yang kemudian diterima oleh masyarakat itu adalah teori. Tetapi tidak semua teori diterima oleh masyarakat. Salah satu alasannya adalah jika teori tersebut menyimpang dari kaidah-kaidah umum yang terdapat di dalam masyarakat. Teori dan aliran pemikiran sejarah cukup variatif dan memiliki argumentasi dan tingkat rasional masing-masing sehingga menghasilkan berbagai pandangan. Salah satunya adalah teori sejarah spekulatif deterministik. Deterministik adalah suatu paham yang mengatakan tidak ada sesuatu yang terjadi berdasarkan kebebasan berkehendak atau kebebasan memilih atau kebetulan. Dalam fenomena sejarah misalnya, banyak peristiwa yang dapat dianalisis menggunakan teori spekulatif. Seperti contoh keruntuhan Nazi Jerman di tahun 1945. Adapun keruntuhan Nazi Jerman bukan semata-mata Nazi ingin runtuh dan mengakhiri pemerintahannya tetapi keruntuhan tersebut ditengarai berbagai faktor yang menggerus tubuh Nazi Jerman itu sendiri hingga akhirnya jatuh dan menjadi bagian dari sejarah dunia. Menarik untuk dikaji apa yang menjadi sebab keruntuhan dari Pemerintahan Nazi Jerman di bawah kepemimpinan Adolf Hitler menggunakan teori sejarah spekulatif Deterministik.
Tak dapat dipungkiri bahwa Nazi Jerman berhasil menggoreskan tinta hitam dalam sejarah kehidupan dunia. Sepak terjangnya yang begitu kontroversial membuat dunia membuka mata bahwa negara yang dulunya kalah perang dapat bangkit kembali menjadi negara superpower dalam waktu yang relatif singkat. Awal mula berdirinya Nazi Jerman tidak terlepas dari kekalahan Jerman pada Perang Dunia I. Perjanjian Versailes yang menghasilkan beberapa syarat kepada negara yang kalah perang terutama Jerman menambah keterpurukan keadaan dari negara itu sendiri. Faksi-faksi saling bermunculan memperebutkan kekuasaan negara Jerman. Salah satunya adalah NSDAP (Partai Buruh Jerman Sosialis Nasional) yang berdiri pada tahun 1920. Ketika NSDAP berada di bawah pimpinan Adolf Hitler berhasil memenangkan Pemilihan Umum Federal tahun 1932 sehingga menjadikannya partai terbesar di Reichstag. Setelah Hitler menyingkirkan pengaruh Paul von Hindenburg pada tahun 1933, ia mulai melakukan Nazifikasi Jerman dengan berbagai rencananya. Hitler memperkuat militer untuk menguatkan kekuasaannya, salah satunya dengan membentuk Waffen-SS sebagai sayap militer Nazi. Kemudian ia melancarkan Anchluss untuk menganeksasi Austria dan Cekoslowakia yang dihuni banyak bangsa Jerman. Setelah itu, pada tahun 1939 ia menyerang Polandia yang menjadi gerbang pembuka Perang Dunia II. Pada awal peperangan, Nazi Jerman sangat berjaya di berbagai medan pertempuran seperti Front Barat, Front Timur, Mediterania dan front perang lainnya. Dibantu oleh sekutu Fasisnya yakni Italia dan Kekaisaran Jepang. Namun, perlahan beberapa kebijakan dan rencana Hitler maupun kolega Nazi-nya menjadi bom waktu yang bisa meledak kapan saja. Kejayaan Nazi tak bertahan lama, karena sejak tahun 1941 kemunduran perlahan mulai menghantui. Penyerangan ke Uni Soviet menggunakan Operasi Barbarossa secara sengaja membangunkan raksasa tidur yang siap menghantam Jerman. Terutama pada Pertempuran Stalingrad, yang menjadi titik balik serangan Soviet di Front Timur dengan sumber daya manusia nya yang melimpah. Sementara personil militer Jerman semakin menipis karena dikerahkan ke dalam berbagai front pertempuran. Selain itu, faktor kemurnian ras yang menjadi salah satu syarat memasuki dinas ketentaraan Nazi juga menghambat rekrumet prajurit yang sangat dibutuhkan. Perlu diketahui bahwa yang paling terkenal dari Nazi Jerman adalah kebijakannya yang bernuansa rasisme dan antisemitisme. Di mana rezim Nazi mempersekusi bangsa Yahudi yang tinggal di wilayah mereka, dan melakukan pengkultusan terhadap ras Arya (ras bangsa Jerman) sebagai ras unggul dengan memandang rendah ras lainnya. Aliansi dengan Italia juga menambah kesusahan Nazi Jerman. Terbukti dengan kekalahan Italia pada Front Mediterania hingga Sekutu bisa memasuki Pulau Sisilia untuk menghancurkan Italia dan selanjutnya mengarahkan moncong senjata pada Jerman dari arah Selatan. Ditambah dengan serangan Jepang ke Pearl Harbour juga membangunkan raksasa tidur lainnya yakni Amerika Serikat yang kemudian secara tidak langsung juga menjadi bagian dari Blok Sekutu, musuh dari Jerman. Selain itu, terdapat faktor internal yang juga mempengaruhi kejatuhan Nazi Jerman. Persaingan para Gauleiter dalam politik pemerintahan Nazi juga memberikan suplemen keruntuhan. Para Gauleiter berlomba-lomba untuk mendapat simpatik dari Adolf Hilter, sang Fuhrer. Sebagai pemimpin utama Jerman, Adolf Hitler bertindak sangat otoriter, ia tak segan-segan menghukum mati siapa saja yang terindikasi berkhianat padanya atau bahkan memiliki perbedaan pandangan dengannya. Contohnya pada peristiwa Plot 20 Juli yang merupakan percobaan kudeta dan upaya pembunuhan Adolf Hitler yang menemui kegagalan. Tak kurang dari satu lusin perwira militer Jerman dihukum mati atas keterlibatannya dalam Plot 20 Juli. Seperti Claus Stauffenberg, Erwin von Witzleben, Wilhelm Canaris, Hennig von Tresckow, Friedrich Fromm dan masih banyak lagi. Belum lagi ribuan pendukung Plot 20 Juli juga dihukum mati oleh Hitler. Hal ini mengindikasikan adanya ketidakpuasan dikalangan militer terhadap pemerintahan Hitler. Begitu pun Hitler, terjadi penurunan kepercayaan dirinya terhadap para perwira militer yang dianggap dirinya selalu menghalangi rencananya. Akhirnya setelah diterjang berbagai faktor seperti Pertempuran Stalingrad, kejatuhan Italia, bergabungnya Amerika Serikat pada Blok Sekutu, perseteruan antara Wehrmacht dengan Waffen-SS dalam tubuh militer, persaingan politik pemerintahan Nazi Jerman, serangan Sekutu dari berbagai front, Nazi akhirnya runtuh setelah sekitar 13 tahun berkuasa atas Jerman. Adolf Hitler sendiri pun mati bunuh diri pada 30 April 1945 disusul dengan menyerahnya tanggal 8 Mei 1945 sekaligus mengakhiri Perang Dunia II.
Teori Deterministik adalah suatu paham yang mengatakan tidak ada sesuatu yang terjadi berdasarkan kebebasan berkehendak atau kebetulan. Segala sesuatu yang terjadi itu berdasarkan pada penyebabnya. Teori Deterministik tidak dapat meninggalkan yang dinamakan penyebabnya tetapi mengesampingkan yang dinamakan akibat. Bila kita analisis keruntuhan Nazi Jerman menggunakan teori determistik dapat ditemukan beberapa faktor yang mengakibatkan hancurnya negara tersebut. yakni di faktor internal ada pertentangan antara Hitler serta kolega Nazi-nya dengan faksi militer Wehrmacht, menurunnya perekonomian akibat biaya perang yang membengkak, krisis sumber daya perang, hilangnya kepercayaan rakyat Jerman terhadap Nazi yang kemudian menimbulkan pemberontakan, penurunan kepercayaan Hitler kepada para anak buahnya, persaingan para gauleiter dalam tubuh pemerintahan Nazi Jerman, serta kebijakan rasialnya yang kontroversial. Adapun faktor eksternalnya adalah ketidakmampuan Italia sebagai Sekutu Nazi untuk membendung serangan Sekutu, bergabungnya dua negara adidaya yakni Amerika Serikat dan Uni Soviet pada Blok Sekutu, menguatnya Blok Sekutu dan melemahnya kekuatan Blok Sentral, serta serangan balik Blok Sekutu yang menggempur Jerman dari segala arah.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI