Mohon tunggu...
Rayyan Yasser
Rayyan Yasser Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Sejarah - Manusia Biasa-Biasa Saja

Sedikit berbagi tulisan atau cerita yang semoga saja bisa memberikan manfaat bagi orang banyak

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Pemikiran Kerukunan Beragama A. Mukti Ali

13 Oktober 2024   16:33 Diperbarui: 13 Oktober 2024   16:42 106
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber : Wikipedia oleh Khasanah Pustaka Nusantara, Perpustakaan Nasional Republik Indonesia - https://khastara.perpusnas.go.id/

Riwayat Hidup Mukti Ali

Prof. Dr. K.H. Abdul Mukti Ali atau yang lebih dikenal dengan nama Mukti Ali memiliki nama kecil Boedjono, lahir di Desa Balun Sudagaran Cepu pada 23 Agustus 1923, Kecamatan Cepu dalam keluarga yang berkecukupan. Desa tempat tinggalnya dulu terkenal sebagai daerah saudagar. Ayahnya, H. Abu Ali merupakan saudagar tembakau terbesar di Cepu, seorang yang sangat takzim kepada para ulama atau kyai. Ibunya bernama H. Khadidjah, adalah seorang ibu rumah tangga, sekaligus penjual kain.

Boedjono kecil yang memiliki saudara sebanyak enam orang, tiga pria dan tiga wanita, hidup dalam suasana perdagangan yang mendidik orang untuk mandiri dan tidak diatur oleh orang lain. Ayahnya selalu mengajarkan kepada putera-puterinya untuk berusaha menjadi orang yang berkecukupan, karena kemiskinan merupakan penghambat sekian banyak keinginan. Mereka dibentuk menjadi pribadi yang tidak menjadi beban bagi orang lain, justru harus menjadi penolong bagi yang membutuhkan. Falsafah inilah kemudian mempengaruhi pandangannya dalam mendidik anak-anaknya, termasuk Mukti Ali. Dia tidak membatasi anak-anaknya hanya untuk mempelajari ilmu agama saja, tetapi juga mempelajari ilmu-ilmu lain menjadi suatu keharusan. Bagi ayahnya, yang terpenting adalah anak-anaknya menjadi orang yang berkecukupan dan saleh hidupnya. Suasana desa yang penuh keakraban dan kesederhanaan, serta suasana hidup berdagang dan suasana agamis di masa kecilnya inilah yang membentuk kepribadian Boedjono muda di kemudian hari. Mukti Ali merupakan sosok intelektual Muslim yang disiplin, serta sangat menghargai ilmu Pada masa kecilnya, sebagaimana kebiasaan di zaman dulu, pagi hari, anak-anak belajar pendidikan formal, dan sorenya diisi untuk mengaji di surau atau rumah kyai terdekat. Hal ini pulalah yang dijalani oleh Boedjono kecil. Pada pagi hari dia sekolah di sekolah Belanda, dan sore harinya mengaji kepada Kyai Usman di Cepu. Selepas lulus dari ujian pegawai rendah (Klein Ambtenaar Examen), dia dikirim oleh ayahnya ke Pondok Pesantren Tremas, Pacitan, Jawa Timur.

Selepas menyelesaikan pendidikannya di pesantren, Mukti Ali mendaftarkan dirinya di Sekolah Tinggi Islam (STI) di Yogyakarta sebagai mahasiswa pendengar. Setelah STI diubah menjadi Universitas Islam Indonesia (UII), Mukti Ali kemudian meneruskan studinya di Fakultas Agama. Belum lagi studinya di UII rampung, ia disuruh oleh ayahnya untuk menunaikan ibadah haji. Ia kemudian berencana untuk menuntut ilmu di Mekkah, dan mengambil konsentrasi Sejarah Islam di Fakultas Bahasa Arab, Universitas Karachi Pakistan. Ia berhasil memperoleh gelar doktor pada tahun 1955, setelah lima tahun lamanya berada di Pakistan. Ketika mempersiapkan kepulangannya ke tanah air, A. Mukti Ali mendapatkan kabar bahwa ia mendapatkan beasiswa dari Asia Foundation untuk melanjutkan studi di McGill University, Montreal, Kanada. Ia kemudian mendaftar di Institute of Islamic Studies.

Selama menuntut ilmu di Kanada, ada satu program perkuliahan yang sangat diminati olehnya, yaitu tentang Pemikiran Islam Modern yang diasuh oleh Prof. Wilfred Cantwell Smith. Ada dua poin yang membuat Mukti Ali tertarik dengan cara pengajaran Prof Smith, pertama adalah metode penyajian perkuliahan, dan kedua adalah caranya dalam melakukan analisis. Smith melakukan aplikasi pendekatan komparatif (perbandingan), yaitu dengan melihat sesuatu dari berbagai aspek. Inilah yang disebut dengan pendekatan holistic, lewat cara analisis Smith ini, akhirnya Mukti Ali menemukan metode ilmu yang dicari- carinya selama ini. Akhirnya dalam dua tahun ia berhasil menyelesaikan program masternya pada tahun 1957 dan memperoleh gelar Master of Arts (M.A.), lalu kemudian ia pulang ke tanah air. Metodologi studi agama yang terinspirasi dari Smith diakui oleh Mukti Ali telah mengubah jalan pikiran bahkan sikapnya dalam memahami hidup, terutama terkait dengan metodologi studi agama serta perhatiannya terhadap problem kerukunan antarumat beragama. Hal ini kemudian dia perkenalkan dan kembangkan sekembalinya ke Indonesia, baik ketika bertugas sebagai dosen maupun Menteri Agama.

Sesampainya di Indonesia pada tahun 1957, Mukti Ali bekerja di Djawatan Pendidikan Agama Departemen Agama sambil mengajar di Perguruan Tinggi Agama Islam Negeri (PTAIN) di Yogyakarta dan Akademi Dinas Ilmu Agama (ADIA) di Jakarta, IAIN Jakarta, Universitas Islam Djakarta (UID) dan IKIP Muhammadiyah. Ketika IAIN Jakartaberdiri, ia diangkat menjadi Sekretaris Fakultas Adab pada tahun 1960 dan kemudian pada tahun 1961 ia diminta untuk membuka Jurusan Perbandingan Agama sebagai salah satu jurusan yang ada di Fakultas Ushuluddin lalu ia pun menjadi Ketua Jurusannya. Selang beberapa lama, pada tahun 1964 Mukti Ali dipindah ke IAIN Yogyakarta dan menjadi Wakil Rektor Bidang Akademis Urusan Ilmu Pengetahuan Umum. Selain mengajar di IAIN, dia juga mengajar di Universitas Gadjah Mada (UGM), IKIP Negeri Yogyakarta, Akademi Tabligh Muhammadiyah Yogyakarta, AKABRI Magelang, AU Adi Sucipto, dan SESKAU Bandung. Hingga pada tahun 1971, Mukti Ali diangkat menjadi Menteri Agama Republik Indonesia.

Abdul Mukti Ali meninggal dunia dalam usia 81 tahun pada tanggal 5 Mei 2004, sekitar pukul 17.30 di Rumah Sakit Umum Dr. Sardjito, Yogyakarta. Jenazahnya dimakamkan di pemakaman keluarga besar Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Sunan Kalijaga di Desa Kadisoko, Kecamatan Kalasan, Kabupaten Sleman.

Karya-Karya Mukti Ali

Mukti Ali merupakan penulis yang kreatif dan produktif yang setidaknya telah menghasilkan tiga puluh karya ilmiah. Ia mendirikan sebuah yayasan yang diberi nama "Jajasan Nida" yang diambil dari nama puteri kesayangannya, Nidatul Hasanah, untuk mempublikasikan sejumlah karyanya. Diantara beberapa karyanya adalah sebagai berikut:

  • Ilmu Perbandingan Agama di Indonesia (1993);
  • Ke-Esaan Tuhan dalam Alqur'an (1969);
  • Etika Agama dalam Pembentukan Kepribadian Nasional dan Pemberantasan Kemaksiatan dari Segi Agama Islam (1969);
  • Beberapa Persoalan Agama Dewasa Ini (1987);
  • Agama dan Pembangunan di Indonesia (1979);
  • Ijtihad dalam Pandangan Mohammad Abduh (1990);
  • Muslim Bilali dan Muslim Muhajir di Amerika Serikat (1990);
  • Metode Memahami Agama Islam (1991); dan lain sebagainya.

Selain dari beberapa karya berupa buku diatas, masih banyak lagi karya lainnya dari Mukti Ali yang tidak tertuliskan dalam artikel ini.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun