Islam yang lahir di Jombang, Jawa Timur pada 17 Maret 1939 ini tersebar luas dalam karya-karyanya yang begitu melimpah. Dari sekian banyak gagasan dan pemikiran yang dikeluarkannya, salah satu yang cukup menuai kontroversi ialah idenya tentang sekularisasi. Sekularisasi yang dimaksud Cak Nur adalah menduniawikan segala hal yang sudah semestinya bersifat duniawi dan melepaskan umat Islam dari kecenderungan untuk mengukhrawikannya. Cak Nur juga berpandangan bahwa sekularisasi tersebut harus juga dilakukan dalam kehidupan politik, mengingat kondisi realitas politik umat Islam pada masa Orde Baru.
Nurcholish Madjid atau yang akrab disapa Cak Nur adalah seorang cendekiawan muslim yang sangat populer di kalangan masyarakat Indonesia. Konsep, ide, dan gagasan dari tokohDalam pidatonya di Taman Ismail Marzuki pada 3 Januari tahun 1970, Cak Nur membacakan pidato dari makalahnya yang berjudul "Keharusan Pembaruan Pemikiran Islam dan Masalah Integrasi Umat". Diantara dari isi makalah tersebut muncul slogan "Islam Yes, Partai Islam No". Menurutnya, partai-partai dan organisasi-organisasi Islam saat itu sedang dalam fase yang tidak menarik. Ketidakmenarikan yang dimaksud ialah partai-partai Islam yang dijadikan sebagai wadah ide-ide yang hendak diperjuangkan berdasarkan Islam. Cak Nur mengatakan bahwa ide-ide dan pemikiran-pemikiran Islam saat itu dalam keadaang absolut memfosil, serta kehilangan dinamika. Ditambah lagi dengan partai-partai Islam yang tidak bisa membangun citra dan reputasi yang positif, bahkan yang ada malah sebaliknya. Selain itu, umat Muslim Indonesia saat itu telah mengalami kejumudan kembali dalam pemikiran dan pengembangan ajaran-ajaran Islam, dan kehilangan psychological striking force dalam perjuangannya. Karena berbagai sebab, mereka sudah tidak mampu lagi membedakan nilai-nilai yang Islami dengan nilai-nilai yang sudah melembaga yang disangka Islami, tapi sebenarnya tidak Islami, tidak lagi bisa membedakan mana yang transenden dan mana yang hanya bernilai temporal
Maksud daripada slogan Cak Nur tersebut adalah bukan untuk mempertentangkan Islam dan politik, tetapi lebih kepada kritik terhadap partai-partai Islam saat itu yang menurutnya kurang berkontribusi terhadap kemajuan ide-ide umat Islam. Gagasan sekularisasi Nurcholish Madjid mengandung semangat demokratisasi, dan dalam konteks itu pula berimplikasi kepada penolakan terhadap gagasan partai Islam atau negara Islam. Pelembagaan Islam dalam partai politik justru membatasi islam itu sendiri. Islam direduksi hanya sebagai ideologi partai politik, padahal Islam lebih dari sekedar ideologi, Islam adalah wahyu yang turun langsung dari Tuhan. Sedangkan ideologi merupakan hasil perbuatan tangan manusia. Pelaksanaan secara substantif dalam artian penerapan nilai-nilai Islam seperti persaudaraan, persamaan, musyawarah, dan kebebasan beragama dalam nafas perjuangan politik agaknya lebih baik daripada dengan cara legal-formal (partai politik).
Bagi Nurcholish Madjid, substansi adalah hal yang paling utama dan penting tanpa harus menggunakan nama atau simbol yang berdasarkan Islam. "Islam Yes, Partai Islam No" adalah suatu pembaruan yang harus dilakukan oleh umat Islam. Nurcholish Madjid mendorong umat Islam agar mengarahkan komitmen mereka kepada nilai-nilai Islam, bukan kepada institusi-institusi yang memakai nama Islam. Pernyataan ini sontak menuai reaksi keras terutama dari sebagian kalangan di internal umat Islam yang menyebut upaya Nurcholish Madjid untuk men-sekuler-kan umat dan dianggap merugikan partai-partai Islam. Tetapi Nurcholish Madjid membantah hal tersebut, karena menurutnya sekularisasi yang dimaksudnya bukanlah untuk mensekulerkan umat sebagaimana pengertian dari sekularisme yang memisahkan agama dari kehidupan negara (dunia). Ide "Islam Yes, Partai Islam No" juga dimaksudkan untuk memberikan legitimasi kepada siapa pun untuk merasa dirinya sebagai seorang Muslim, padahal ia tidak pernah dikaitkan dengan ideologi dan kelompok yang resmi memiliki simbol-simbol Islam.
Nurcholish Madjid meninggal dunia pada 29 Agustus 2005 karena penyakit yang dideritanya. Meskipun sering dianggap sebagai tokoh kontroversial, tetapi keilmuan dan intelektualitas Nurcholish Madjid sangat dihargai dan dijunjung tinggi. Pemikirannya terus abadi tersimpan pada karya-karyanya, mengalir dalam pikiran anak didiknya, serta melembaga menjadi sebuah institusi yang masih berdiri hingga kini yakni Paramadina.
Sumber Pustaka:
Fauzi. (2022). Politik Islam: Politik Islam Perspektif Nurcholish Madjid Serta Pengaruhnya Terhadap Kebangkitan Intelektual Islam Indonesia. Bintan: STAIN SAR Press.
Nurcholish Madjid. (1987). Islam Kemodernan dan Keindonesiaan. Bandung: Mizan.
Nurcholish Madjid. (2008). Islam Kemodernan dan Keindonesiaan, Edisi Baru. Bandung: Mizan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H