Mohon tunggu...
Raymond Lubis
Raymond Lubis Mohon Tunggu... -

Medical student in Jakarta. Still in progress to change the world.

Selanjutnya

Tutup

Politik

Mengapa? Sebagian BESAR Rakyat Indonesia Mudah Terpengaruh?

13 November 2010   14:38 Diperbarui: 26 Juni 2015   11:38 198
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Salam kompasiana!

Kali ini saya akan menanggapi kegiatan demonstrasi penolakan kebijakan pemerintah yang melarang merokok dalam gedung. Menurut saya, demonstrasi tersebut akibat buruh industri rokok tidak berpikir sistematis. Dan saya akan membagi sedikit tentang fenomena retorika negatif di Indonesia.

Larangan merokok dalam gedung disamakan dengan masyarakat yang beraktivitas dalam gedung tidak membeli rokok. Para buruh rokok berunjuk-rasa karena takut di-PHK. Apakah pemikiran semacam ini sudah pas?

Larangan merokok di dalam gedung bukan berarti akan membuat masyarkat tidak membeli rokok, bisa saja mereka yang perokok merokok di luar gedung. Sangat disayangkan demonstrasi seperti ini ada karena pengambilan kesimpulan yang tidak tepat. Mereka merasa benar dan tertanam dalam pikiran mereka yang berdemo adalah: kami tetap untung. Mereka kurang menelaah masalah/kebijakan pemerintah dengan runtut. Dugaan saya karena mereka tidak mau repot-repot berpikir.

Saya bukan ingin buruh rokok tersebut di-PHK. Tetapi mengajak mereka agar menarik kesimpulan secara sistematis agar tidak ditemukan kesalahpahaman yang berujung pada membodohi diri sendiri. Saya yakin beberapa orang seperti ini adalah alat-alat kampanye yang efektif. Syukur-syukur kampanyenya adalah kampanye positif, bagaimana kalau kampanye yang negatif? Merugikan orang banyak?

Indonesia sudah lama merdeka tetapi masih saja menarik kesimpulan seperti 1+1=2, padahal tidak semudah itu. Banyak hal-hal yang perlu kita pertimbangkan agar kita tidak terjebak dalam retorika orang lain. Retorika adalah pernyataan yang memancing perasaan orang lain untuk bersimpati di dalamnya. Saya mengamati sebagian besar rakyat Indonesia sangat GAMPANG TERMAKAN retorika-retorika negatif yang hanya membodohi diri sendiri. Apalagi kalau retorika yang digunakan adalah menyangkut untung dan rugi, tidak sedikit orang yang terpengaruh.

Rakyat kita perlu belajar bagaimana berpikir secara sistematis. Dunia ini bukan segampang hal benar atau salah. Tetapi soal cara menyikapi sesuatu, entah itu negatif atau positif. Rakyat kita juga perlu menjauhkan sikap "terserah aja deh!" kepada suatu permasalahan.

Mohon maaf jika ada kata-kata yang kurang berkenan. Tulisan ini sebatas opini dari saya. Terima Kasih!

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun