Mohon tunggu...
Raymond Lubis
Raymond Lubis Mohon Tunggu... -

Medical student in Jakarta. Still in progress to change the world.

Selanjutnya

Tutup

Humor

Fenomena Tukang Parkir

13 November 2010   13:33 Diperbarui: 26 Juni 2015   11:38 403
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption id="" align="aligncenter" width="448" caption="Tukang Parkir"][/caption]

Salam Kompasiana,

Kali ini saya akan mereportase tentang fenomena yang cukup unik di daerah saya. Saya di keluarga sering berpergian ke toko atau tempat-tempat belanja. Saya tidak membahas tempat perbelanjaan atau apa yang saya beli. Saya akan mencoba menulis dan mengklasifikasikan tukang parkir di daerah saya.

Kadang diingat dan kadang dilupakan jasanya. Itulah tukang parkir yang rela menunggu kendaraan kita saat kita ingin berbelanja, kencan, ibadah, dan lain-lain. Secara tidak langsung anda mempercayakan kendaraan anda kepada mereka. Motor yang harganya limabelas jutaan dan mobil anda yang ratusan juta anda percayakan kepada mereka untuk menjaganya. Saat kita ingin keluar dari lapangan parkir pun kita dibantu dengan teriakan dan peluit miliknya. Agar kendaraan kita dapat mulus keluar dari kerumunan kendaraan yang juga parkir.

Di daerah saya tidak semua tukang parkir seperti itu. Saya pernah melihat seorang pengendara motor yang memarkir motornya di depan sebuah toko yang saya juga kunjungi, marah-marah ke petugas parkir tersebut. Pengendara tersebut kehilangan helmnya. Padahal pengendara tersebut menyimpannya di bawah jok. Si petugas parkir hanya dapat berkata tidak tahu dan tidak ada melihat siapa yang mengambil helm. Akhirnya pengendara motor tersebut merelakan saja helmnya hilang, untung saja bukan motornya yang dibawa kabur.

Banyaknya kendaraan bermotor dan mobil di daerah saya merupakan tambang penghasilan bagi mereka yang mengaku-ngaku petugas parkir. Cukup mengenakan rompi berwarna merah atau oranye yang dibelakangnya bertuliskan “PETUGAS PARKIR” sudah menyatakan bahwa mereka adalah yang tertulis di punggung mereka.

Setelah saya lakukan perhitungan, ternyata mereka mendapatkan keuntungan yang cukup banyak. Rp. 50.000,- sampai Rp. 70.000 jika di lingkungan pasar. Jika dikalikan dengan tigapuluh hari dan dikurangi empat hari (hari Minggu) mereka mendapatkan keuntungan Rp. 1.300.000,- sampai Rp. 1.900.000,-. Cukup untuk menghidupi satu istri dan satu anak.

Saya tidak menyesalkan keuntungan mereka, saya terkadang kecewa dengan jasa yang mereka berikan terkadang tidak maksimal. Beberpa dari mereka asal-asalan memberi perintah bagi kita yang mengeluarkan kendaraan kita dari kerumunan kendaraan lainnya. Ada dari mereka yang memaksa menambah biaya parkir seperti parkir modern yang menghitung per jam.Suatu hari saya memakai sepeda motor dengan ibu saya pergi berbelanja, spontan saya kasih Rp. 1000,- dan mereka meminta Rp. 2000,- karena saya sudah dua jam menemani ibu saya berbelanja.

Ada juga kejadian seperti ini. Tukang parkir swalayan di dekat rumah saya cukup telaten menjaga kendaraan di sana. Sepeda motor saya dikeluarkan dari kerumunan sepeda motor dan jok motor saya di lap karena terguyur air hujan. Saya beri saja Rp. 2000,- dan dia berkata “Terima kasih banyak mas, hati-hati di jalan.” Saya menginginkan semua petugas parkir memberikan pelayanan seperti itu, agar para pengendara kendaraan merasa nyaman dan percaya.

Berdasarkan pengalaman dan pengamatan saya, saya mencoba mengklasifikasi petugas parkir versi saya sendiri. Saya bagi menjadi tiga yaitu : tukang parkir, petugas parkir dan juru parkir.

1)Tukang parkir. Mereka yang baru saja bekerja dijasa parkir-memarkir cocok memiliki julukan ini. Pelayanan yang seadanya, berandalkan rompi dan topi serta teriakan yang cukup keras mereka berikan kepada pengendara motor yang memarkir kendaraannya. Mereka lebih banyak muncul di pasar yang ramai dan pertokoan. Lebih individual dan mencari keuntungan sendiri. Tidak sungguh-sungguh dan melihat kendaraan kita semata-mata sebagai buah rupiah yang siap dipetik.

2)Petugas parkir. Mereka yang sudah bekerja cukup lama dan berkelompok cocok memiliki julukan ini. Mereka memiliki pemimpin kelompok dan tempat parkir yang berbeda. Memiliki atribut yang jelas dan beberapa dari mereka ada nama kelompok/geng.Lebih terencana dan punya target yang jelas, misalnya dalam satu hari mereka harus nyetor sekian ke pemimpin mereka. Namun sayang, jika mereka menerima komplain dari pengendara kendaraan, mereka tak segan-segan berbuat kasar. Kerja mereka cukup rapi dan rutin dengan pekerjaan mereka.

3)Juru Parkir. Mereka yang memang dilatih dan sudah “ditakdirkan” bekerja sebagai tukang parkir yang baik. Kendaraan-kendaraan yang dipercayakan kepada mereka diawasi dengan baik. Mereka telah mendapat gaji yang cukup dan tidak naik-turun, ini yang mengakibatkan mereka bekerja dengan baik. Jarang dari mereka mendapat komplain dari pengendara, kalaupun ada memang kesalahan pengendara sendiri. Sayangnya mereka hanya dapat ditemui di tempat-tempat tertentu seperti mall, hotel, apartemen, dan swalayan besar.

Demikian klasifikasi petugas parkir menurut pengamatan dan pengalaman saya selama ini memarkir kendaraan saya. Kalau saya boleh jujur, saya seringkali memarkir kendaraan saya agak jauh dari wilayah parkir ketika saya mengetahui kalau yang mengatur parkir adalah tukang parkir menurut klasifikasi saya. Terkadang ketika saya membonceng adik saya berbelanja memakai sepeda motor, saya meminta adik saya menaiki sepeda motor duluan dan menunggu agar pada saat saya mulai menyalakan motor untuk pulang, tukang parkir mengira seolah-olah kami berbelanja hanya sebentar. Terima Kasih.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humor Selengkapnya
Lihat Humor Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun