Mohon tunggu...
H Surya Darma Lubis
H Surya Darma Lubis Mohon Tunggu... -

teman boleh menilai saya seperti yang teman hendaki

Selanjutnya

Tutup

Catatan

Lihat Dulu Kiri Kanan!!

5 Februari 2012   07:49 Diperbarui: 25 Juni 2015   20:02 118
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pernah dengar kata itu ? pasti pernah , apa lagi kalau kita mau melintas di jalan raya , tapi kita saat ini tidak akan melintas dijalan raya , itu hanyalah sebuah analogi untuk kondisi kita saat ini dimana kita cendrung hanya melihat pada satu arah saja , akhirnya ketabrak mobil deh , tak hayal angka kecelakaan di indonesia saat ini tinggi sekali , kok sampai ke jalan raya (hahahah bercanda , tapi serius lo )

Kita semua pasti tau kasus aal dengan sandal jepit nya , kita semua pasti kenal kasus gayus tambunan dangan pajak nya , kita pasti pernah akrab dengan kasus prita mulya sari dengan koin nya , kita juga pasti pernah melihat kesus century dengan korupsi trilyunan nya , apa yang terjadi setelah kita mendengar kasus - kasus itu , pasti yang terbayang adalah HUKUM DENGAN KETIDAK ADLIANNYA , emangnya benar nggak sih hukum itu tidak adil ? mari kita lihat dengan kacamata yang seimbang , jangan hanya pakai kacamata satu lensa saja , akibatnya apa ? yang satu terlihat jelas , dan yang satu lagi terlihat tidak jelas , tapi di jelas - jelasin .

Mari kita ke AAL , dalam kasus ini kita melihat sesuatu yang aneh , kenapa aneh ? kenapa tidak , nyuri sandal jepit yang sudah jelek aja dikenai hukuman 5 tahun penjara , ditambah lagi mentang - mentang sendal jepit itu milik anggota brimob , dimana letak hukum ? hanya sebuah sandal jepit jelek yang nggak akan bisa kita temui di jual dipasar (karena yang dijual Cuma sendal baru) kecuali di pasar loak , bisa masuk penjara, murah amat sih tiket ke penjara , tapi dalam kasus ini penegak hukum nggak bisa disalahkan , karena semua proses hukum yang diberikan kepada AAL sudah sesuai dengan aturan hukum , kenapa ? karena semua orang boleh melapor ke polisi dalam kasus kejahatan , dan pencurian adalah kejahatan , jadi si brimob boleh ngelapor kasusnya ke polisi , nah polisi berhak memeriksa laporan yang masuk , dan ternyata laporan itu benar maka perlu tindakan , tindakan hukum yang dilakukan pengadilan juga sudah sesuai semestinya , karena dalam UU tak pernah disebutkan bahwa mencuri itu harus puluhan juta keatas , tapi meskipun sendal jepit / tali sendalnya sekalipun tetap saja mencuri , yang salah itu prakteknya kenapa si brimob mesti melapor , kan masih bisa dibicarakan dengan orang tuanya ? bukankah itu hanya sendal jepit , yang bisa ia beli dengan gaji sebulannya sebanyak sekarung ? tapi itulah kearogansian manusia , bukan HUKUM .

Atau kekasus korupsi yang banyak dijadikan pembanding oleh orang - orang saat ini untuk kasus - kasus unik (kenapa nggak unik , lah wong sendal jepit aja di urusin ) , hukum dan tata pelaksanaanya sudah sesuai dengan semestinya , semua yang korupsi maupun diduga korupsi (yang ketahuan lo , yang nggak bebas) telah diproses oleh hukum , tapi sekali lagi yang salah itu prakteknya , bukan hukumnya, banyak terjadi penyuapan, pemerasan , karena apa ? karena ekonomi , yang mengajarkan manusia itu tak pernah puas , udah digaji perbulan aja masih melebarkan sayap ke yang nggak halal , nah jelas yang salah itu sifat manusia yang serakah , BUKAN HUKUM.

Coba kita berpikir , saat ini kita menghujat habis - habisan hukum dan para penegaknya , bahkan kita cap mereka semua dengan sebutan Mpd (Manusia Penuh Dosa) , bahkan tiap ketemu mereka kita bilang , tuh orang yang makan duit haram , padahal mereka belum tentu bersalah (nggak ngebela lo ) tapi coba kita lihat semua itu secara berimbang , nggak perlu berlebihan , setiap itu mari kita lihat sisi buruk dan baiknya , kan pemerintah atau penegak hukum itu juga manusia , bukan dewa yang diturunin dari langit.

Dan jangan pernah kita lupa kalau syarat berdirinya suatu negara adalah saling percaya antar unsur - unsur bangsa , rakyat percaya pada pemerintah , dan begitu pula sebaliknya , tapi sekarang kepercayaan itu makin lama , makin luntur , bahakan ada sebagian orang yang beranggapan , ada atau nggak nya pemerintah , negeri ini juga seperti ini , itu benar atau salah ? ya , salah lah , masak negeri ini nggak ada pemimpin sama aja dengan ada pemimpinnya ,nanti malah seperti kata Armada "mau dibawa kemana" negeri ini , begitu juga dengan para penegak hukum , banyak masyarakat yang nggak percaya lagi sama mereka , karena kebejatan sebagian dari mereka , yang lebih mementingkan kantong pribadi , daripada bangsanya . tapi itu tidak semua "hanya sebagian" , bahkan banyak yang berkata hukum udah nggak ada lagi artinya hukum , hukum cuma buat rakyat kecil , itu benar ! kalau kita melihat pada saat sekarang ini , kalau kita terus - terusan seperti itu maka kepercayaan antar unsur - unsur bangsa akan hilang , hilangnya kepercayaan , akan di barengi dengan hilangnya bangsa itu , ngeri nggak ? ya , ngeri lah , masak Indonesia tercinta ini harus lenyap , dan oleh sebab itulah saya berharap kepada penegak hukum "YANG BUDIMAN" lenyapnya kepercayaan kepada kalian disebab kan kalian juga , jangan hanya karena duit kertas yang bisa dimakan rayap itu (kalau koin nggak bisa) , kalian mau mengorbankan kepercayaan masyarakat , kalian mau mengorbankan harkat dan martabat bangsa dan diri kalian sendiri , kalian mau mengorbankan bangsa ini ( bukan bekorban malah mengorbankan ) , sungguh "TERLALU" kalian pada bangsa ini , yang merupakan tanah air kita semua .

Lah bagaimana dengan kita ? kita tak perlu lah menghujat mereka , kita tak perlu lah mencaci mereka , karena sesungguhnya kita ini aneh , kenapa nggak aneh ? kita yang setiap hari menghujat , mencaci dan memaki mereka dengan sebutan tidak beres , tapi minat kita untuk menjadi seperti mereka lumayan tinggi juga lo , misalanya polisi , tiap tahun , puluhan ribu orang ikut seleksi masuk polisi , aneh nggak ? emang aneh sih dulunya di hujat tapi kok tetap minat , tapi mudah - mudahan para penegak hukum muda ini bisa jadi lebih baik dan menjadi pengubah imej yang telah ada selama ini, amin , dan satu lagi mudah - mudahan niatnya emang buat keadilan bukan kekayaan , amin lagi , yuk !

Untuk membangun suatu bangsa yang kokoh di butuhkan dorongan antara kita semua , bukan saling menggolongkan antara kita semua , masyarakat pada saat ini berusaha menjatuhkan para penegak hukum , tapi coba kita bayangkan bagaimana jadinya bangsa ini tanpa para "PENAGAK HUKUM YANG BUDIMAN" itu , hukum bagaikan singa ompong tanpa kuku , nggak bisa apa - apa lagi , akhirnya apa ? bangsa ini terancam kacau dan bisa hancur , tapi coba kita pikirkan jika para penegak hukum menjalankan atas asas "KANTONG PENUH" nya maka rakyat pun akan tersiksa , akhirnya sebutan "HUKUM BUAT KAUM SENDAL JEPIT " nyata sudah di negeri ini .

Tapi kalau saya pikir - pikir dan saya harapkan , media massa adalah pihak yang bertanggaung jawab atas ketidak seimbangan berpikir ini ,karena rata - rata informasi yang mereka sampaikan itu sering berpihak pada satu pihak saja , dan tak jarang ditambah - tambah demi mengejar rating mereka , jadi berita yang adil dan berimbang itu kini sepertinya sangat jarang ditemui , meskipun begitu media massa adalah pihak yang sangat berpengaruh terhadap ketransparansian hukum di indonesia .

Semua itu kembali berpulang kepada kita semua , bagaimana kita bisa menyikapi setiap problem secara berimbang dan melihat dari ke dua sisi , agar nantinya saat kita berhasil memecahkan nya , hasilnya juga bukan merupakan suatu ketimpangan , jadi kalau hendak meyebrang "LIHAT DULU KIRI KANANNYA"

Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun