Mohon tunggu...
Raymond Lubis
Raymond Lubis Mohon Tunggu... Dokter - tabib modern

Berpikir untuk bertindak? atau bertindak untuk berpikir?

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Beginilah Lomba di Tingkat Provinsi...

3 Juni 2010   11:50 Diperbarui: 26 Juni 2015   15:46 253
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Salam Kompasiana,

Kali ini saya akan menulis tentang realita pendidikan di daerah saya, dalam tulisan ini saya akan menceritakan kurangnya perhatian instansi pendidikan di daerah terhadap saya dan teman-teman saya.

Sekolah saya di Palangkaraya termasuk salah satu sekolah yang cukup banyak mengukir prestasi. Mulai dari lomba mading, Pramuka, PMR, Paskibra, Tata Upacara, Gerak Jalan, Cerdas Cermat, Olimpiade, hingga Debat Bahasa Inggris. Kami membuktikan bahwa sekolah kami bukan hanya ikut-ikutan lomba, kami juga mampu menyabet posisi juara. Oleh karena itu, sampai sekarang sekolah saya tetap percaya diri mengikuti lomba dengan persiapan yang seadanya.

Saya semenjak SD memiliki bakat berbahasa Inggris yang cukup baik, saya hanya ikut les sampai kelas satu SMP. Selebihnya saya belajar secara otodidak untuk mengikuti lomba yang ada bahasa Inggrisnya. Kemampuan ini saya perkenalkan dan gunakan di SMA. Alhasil, saya dipercayakan guru bahasa Inggris saya untuk bergabung di tim debat bahasa Inggris.

Puji Tuhan, lomba debat bahasa Inggris pertama saya di tingkat propinsi mendapat urutan ke-empat dari tiga puluh-an peserta. Padahal, saya baru belajar bagaimana teknik berdebat dan saat itu saya masih kelas satu SMA. Secara umum, debat berbeda dengan pidato yang saya dalami di SMP. Sejak saat itu, saya mulai bersemangat untuk mendalami ilmu debat agar menjadi perwakilan Kalimantan Tengah saat saya kelas dua nanti.

Rasa percaya diri saya semakin bertambah. Karena sebelum mengikuti seleksi tingkat propinsi, saya mengikuti lomba debat bahasa Inggris yang diselenggarakan oleh salah satu organisasi pendidikan. Bersama kedu teman saya, tim debat dari sekolah kami mendapat juara satu dari 57 tim debat seluruh propinsi. Saya juga mendapat titel best speaker, yaitu status yang diberikan kepada peserta tim yang memiliki kemampuan lebih baik dari peserta lain. Saya semakin mantap dengan persiapan debat saya.

Sampailah di seleksi tingkat propinsi. Acara lomba diadakan di Dinas Pendidikan Propinsi Kalimantan Tengah. Saya bersyukur akhirnya bisa sampai disini dan bersiap mewakili Kalimantan Tengah. Disini saya mulai kecewa dengan Dinas Pendidikan di Provinsi saya. Pelaksanaannya amburadul dan tidak etis sesuai judulnya yaitu : “Lomba Debat Bahasa Inggris Tingkat Provinsi Kalimantan Tengah”

Saat saya datang ke gedung pertemuan di Dinas Pendidikan tersebut, saya datang membawa semangat untuk mewakili Kalteng. Tetapi setelah tim sekolah kami diberi pengarahan tata cara lomba dan jadwal kegiatan, saya menjadi tidak semangat lagi.

Seluruh peserta lomba masuk ke ruangan bekas ruang kerja yang disulap menjadi seperti ruang rapat. Kami diberi kertas satu-persatu dan mulai menulis esay menurut topik yang ditentukan. Ada juga topik pilihan yang saya tulis setelah mengerjakan topik wajib. Setelah mengerjakan semuanya dalam waktu satu jam, kami disuruh menunggu di selasar kantor Dinas Pendidikan Provinsi Kalimantan Tengah. Kami akan diuji ke dalam ruangan yang di dalamnya ada satu juri pusat, satu dosen Bahasa Inggris, dan satu guru Bahasa Inggris SMA.

Setelah itu kami diminta menandatangani absensi untuk uang saku. Saya tidak memiliki mata minus, angka yang saya lihat adalah Rp. 60.000,- di tipe-ex dan diganti di sebelahnya tulisan Rp. 30.000 pakai tulisan tangan. Dalam hati saya ingin menanyakan kenapa seperti itu nominal dana dari sebuah Dinas Provinsi, tetapi karena saya terburu-buru masuk ruang audisi. Setelah saya keluar ruang audisi dan nongkrong di selasar lagi, kami semua disuguhkan sekotak nasi Padang yang saya tahu rumah makannya hanya sepuluh meter dari sini. Entah kenapa saat orang dinas memberi kami sekotak nasi Padang, saya merasa seperti penduduk yang digusur. Nongkrong di selasar sempit, posisi duduk di lantai semua, dan disuguhi sekotak nasi pula. Benar-benar luar biasa!

Begitulah pelaksanaan lomba Debat Bahasa Inggris di daerah saya. Sangat sederhana dan asal terlaksana. Kalau tidak dapat mewakili provinsi, anda hanya mendapat Rp. 30.000. Bagi yang punya bakat Bahasa Inggris dan ingin mengikuti lomba, jangan memandang dari berapa yang anda dapat. Tetapi lihatlah apa yang telah anda perbuat.

Terima kasih atas perhatian anda. Semoga tulisan ini bermanfaat dan menginspirasi anda bahwa sesuatu yang kita capai tidak seperti yang kita inginkan atau tidak sama seperti yang anda alami sebelumnya.

Salam Kompasiana!

Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun