Tiba-tiba saja Adit kembali kepada sang fotografer dengan membawa sebuah telepon gengam. Terlihat dengan jelas pada bola mata Adit telah menggumpal air mata yang siap dia keluarkan jika waktunya tiba. Setengah suara Adit berkata, "Arum udah meninggal ka. Boleh Adit minta Foto Arum dan Adit?"
"Kakak punya foto Arum? Ibu boleh minta yaa," ujar seorang Ibu yang langsung berlutut di depan sang fotografer yang kemudian diketahui bahwa Ibu tersebut adalah ibu dari Arum dan Adit.
Hanya senyuman yang diberikan sang fotografer untuk membalas pertanyaan tersebut serta diiringi bendungan air mata sang ibu yang sudah meluap. Begitu banyak pertanyaan yang ingin dilontarkan sang fotografer, namun hanya satu yang mampu tersampaikan.
"Kenapa Bu?" tanyanya singkat.
"Arum sakit ka dan ibu gapunya biaya untuk pengobatannya. Tahun lalu Arum pergi ka," jelas sang ibu dengan nada penyesalan.
Sang fotografer mengalihkan pandangannya kepada Adit yang masih terpaku pada layar telepon genggam yang menampilkan foto dirinya dan adiknya yang setia menemaninya menghibur para pengunjung.
"Adit sekarang kalau nyanyi sama siapa?" tanya sang fotografer dengan hati-hati.
"Sama temen-temen ka. Tapi Adit lebih suka ngamen sama Arum," ungkap Adit yang memandang dalam dan menarik ujung bibir untuk ditunjukkan kepada sang fotografer, tapi senyum itu berbeda dengan yang Adit miliki saat perjumpaan pertama mereka. Ada yang hilang.
"Makasih ya ka fotonya," kata penutup dilontarkan Adit yang kembali memandang layar telepon genggamnya.Â
-