Mohon tunggu...
Raymond J Kusnadi
Raymond J Kusnadi Mohon Tunggu... Freelancer - Menulis adalah sebuah keberanian

http://www.unite-indonesia.blogspot.com/

Selanjutnya

Tutup

Olahraga

Sepatu Lionel Messi di Kaki Buruh Pabrik Adidas

21 Juni 2010   19:31 Diperbarui: 17 Juli 2021   18:07 2482
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Saya bermimpi bila sepatu Lionel Messi yang dipakai di Piala Dunia 2010, suatu saat dapat juga dipakai oleh buruh pabrik yang memproduksi sepatu-sepatu berlabel Adidas. Terbayang buruh-buruh menggocek bola dengan sepatu Adidas F50 adiZero pada saat pertandingan sepakbola antar kampung. 

Bila melihat harganya, tampaknya mimpi tinggallah mimpi. Harganya yang nyaris 2 juta rupiah sepasangnya, tak sebanding dengan upah buruh yang sebulannya hanya 1 juta rupiah. Jadi, bila dihitung-hitung untuk bisa memakai sepatu sang superstar, seorang buruh harus bekerja 2 bulan lamanya. 

Adidas adalah pemegang merek produk olahraga terkenal yang menyediakan kebutuhan para pemain bola ternama dunia. Mulai dari baju, celana, kaos kaki, sepatu, sarung tangan hingga bola sepak. Untuk urusan Piala Dunia, Adidas memasok bola sepaknya sejak tahun 1970 hingga sekarang secara berturut-turut. 

Tak ketinggalan pula para pemain bola dimanjanya dengan sepatu super ringan yang saat ini dipakai Messi, sang pujaan pendukung tim Argentina. Adidas berhak melihat Messi memakai sepatu yang beratnya hanya 165 gram ini dengan nilai kontrak yang fantastis, 3 juta euro per tahunnya. 

Sepak terjang Adidas di Indonesia Adidas memang mendunia namanya, termasuk di Indonesia. Ketenarannya mencuat sejak tahun 1999, ketika salah satu pabriknya di Indonesia, PT. Panarub memecat para buruhnya terkait dengan aktivitas mereka di serikat buruh. 

Namun PHK sepihak ini tidak menciutkan nyali kaum buruh dan terbukti pada tahun berikutnya demonstrasi terus berlangsung, walau segala bentuk kekerasan harus dihadapi para pekerja. 

Tahun 2001, kesewenangan pabrik sepatu ini berlanjut dengan dipenjarakannya seorang buruh perempuan yang bernama Ngadinah. Ia dituntut atas demonstrasi setahun sebelumnya ketika 8.000 buruh berunjuk rasa untuk menuntut hak-hak mereka yang dilanggar. 

Pihak perusahaan ternyata sudah lama mengincar dan mencari-cari kesalahan lalu menghukumnya untuk menimbulkan efek jera bagi buruh lainnya. Namun cara ini tidak memadamkan gejolak buruh-buruh Panarub dalam memperjuangkan haknya. Apa yang dituntut kaum buruh pada saat itu adalah hak-hak mereka yang dirampas demi keuntungan perusahaan pada setiap sepatu yang diproduksi. 

Hak cuti haid yang semestinya diberikan dan diatur dalam undang-undang, dilanggar oleh perusahaan. Begitu pula dengan upah lembur yang tidak dibayar ketika buruh bekerja lebih lama dari waktu kerja normal atau ketika bekerja pada saat hari libur. Mereka juga menuntut makanan tambahan yang lebih layak dari yang sebelumnya hanya roti, menjadi nasi. 

Tunjangan kesehatan keluarga juga masuk dalam daftar tuntutan karena mereka juga harus menanggung keluarganya ketika sakit dengan biaya berobat yang tidak bersahabat dengan kantong buruh. Setelah kejadian demo besar-besaran dan adanya buruh yang dikriminalkan dengan dimasukkan ke dalam penjara, pihak Adidas kemudian bersuara dengan menyatakan keprihatinannya dengan kondisi tersebut. 

Apa yang terjadi dengan Ngadinah sama sekali di luar jangkauan mereka, walau harapannya dapat segera dibebaskan. Mereka juga berkomitmen untuk menghargai kebebasan buruh untuk berserikat dan melakukan perundingan secara kolektif. Namun fakta yang terjadi hanya sebatas di atas kertas dan terbukti bahwa Adidas tidak melakukan pemantauan ketat terhadap pabrik-pabrik pemasok sepatu mereka. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Olahraga Selengkapnya
Lihat Olahraga Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun