Mohon tunggu...
Raymond J Kusnadi
Raymond J Kusnadi Mohon Tunggu... Freelancer - Menulis adalah sebuah keberanian

http://www.unite-indonesia.blogspot.com/

Selanjutnya

Tutup

Olahraga

Sepatu Lionel Messi di Kaki Buruh Pabrik Adidas

21 Juni 2010   19:31 Diperbarui: 17 Juli 2021   18:07 2482
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Olahraga. Sumber ilustrasi: FREEPIK

Apa yang diperjuangkan Ngadinah bukan untuk pribadinya, melainkan demi kepentingan kawan-kawan buruh di pabriknya serta buruh di Indonesia untuk mendapatkan haknya. Setelah sempat mendekam di dalam penjara selama dua minggu, akhirnya Ngadinah dibebaskan. 

Pemberangusan suara kaum buruh perempuan sudah pernah terjadi di tahun-tahun sebelumnya. Pada masa Orde Baru, rejim otoriter Soeharto bertanggung jawab atas kematian Marsinah pada tahun 1993, buruh perempuan yang berjuang untuk kenaikan upah buruh. 

Tiga tahun berselang, kembali PT. Panarub mendapat sorotan atas apa yang terjadi di dalam pabriknya. Dari temuan investigasi, didapatkan bahwa buruh berada dalam kondisi kerja yang berdampak buruk bagi kesehatan mereka. Mereka secara terus-menerus terpapar oleh bau menyengat karet panas. 

Demikian juga halnya bagi keselamatan mereka karena mesin yang memproduksi lem panas telah mengakibatkan luka bakar pada tangan buruh yang mengerjakannya. Kembali Adidas datang terlambat menanggapi kasus ini dan menjadi bukti bahwa mereka absen atas pemantauan dan komitmen sebelumnya. 

Tahun 2005 lagi-lagi pabrik penyuplai sepatu Adidas ini melakukan PHK atas 33 orang buruhnya. Mereka dipecat karena melakukan pemogokan untuk menuntut kenaikan bonus tahunan. Dari hasil temuan Komnas HAM atas kasus ini, dinyatakan bahwa pihak perusahaan tidak memiliki alasan kuat untuk memecat buruh. Untuk itu perusahaan harus mempekerjakan mereka kembali tanpa syarat. 

Namun apa yang kemudian dilakukan Adidas justru mengancam keberlangsungan kerja para pekerjanya dengan pernyataan akan menghentikan pasokan dari pabrik tersebut. Setelah mendapatkan ketidakpastian selama setahun lebih, buruh-buruh yang dipecat dengan tidak adil itu hanya menerima sejumlah kecil uang pesangon yang tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari mereka. 

Belum cukup dengan 33 buruh yang dipecat, Adidas melakukan PHK massal dengan membiarkan ditutupnya pabrik Spotec dan Dong Joe di tahun 2006 sebagai pemasok sepatu mereka. Adidas tutup mata dengan 10.500 buruh yang kehilangan pekerjaan akibat penutupan ini. 

Setelah mendapatkan protes dan tekanan, baru 3 tahun kemudian Adidas kembali membuka pabrik baru yang bernama Ching Luh Indonesia (CLI). Di sana Adidas meneteskan komitmennya dengan mempekerjakan 1.450 buruh yang dahulunya adalah buruh Spotec. Hingga malam ini, di saat Adidas memperoleh begitu banyak profit dengan melekatkan mereknya di kaki Messi, nasib ribuan buruh pabrik Adidas di Indonesia tidak jelas rimbanya. 

Seandainya Messi tahu nasib buruh yang membuat sepatunya, saya bermimpi ia akan datang dengan 10 pasang sepatu dan mengajaknya mereka bermain bersama. 

(Raymond J Kusnadi), http://unite-indonesia.blogspot.com/ 

Acuan tulisan: Clean Clothes Campaign, Workers Rights Consortium 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Olahraga Selengkapnya
Lihat Olahraga Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun