Mohon tunggu...
Raymond Matthew
Raymond Matthew Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa - Universitas Atma Jaya Yogyakarta

Seseorang yang suka

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Analisis Iklan Sprite Nepal dengan Indonesia Menggunakan Teori Komunikasi Persuasif

26 November 2023   22:59 Diperbarui: 26 November 2023   23:40 188
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Hai Sobat Kompasiana, analisis perbandingan iklan Sprite negara kita dengan negara luar menggunakan teori komunikasi persuasif yuk! Kita semua pasti sudah tidak asing dengan sebuah produk minuman karbonasi atau soda kemasan yang bernama Sprite. Sprite sendiri sebelumnya pertama kali resmi diluncurkan di Amerika Serikat oleh salah satu perusahaan yang memang sudah sangat besar di produk soft drink yaitu Coca-Cola Company US pada tahun 1960-an. Saat ini produk minuman soda Sprite sendiri sudah sangat tersebar di hampir semua negara, karena selain harganya yang terjangkau sebagai sebuah minuman kemasan, Sprite juga merupakan sebuah minuman soda dengan rasa lemon yang enak dan menyegarkan dan pastinya sangat disukai oleh berbagai kalangan masyarakat khususnya anak muda.

Seperti produk minuman yang lain, Sprite juga sudah banyak sekali mengeluarkan iklan-iklan promosinya di berbagai belahan dunia dengan salah satu ciri khas dari iklan Sprite yaitu selalu menyelipkan penggunaan humor-humor dalam iklannya. Nah, salah satu dari iklan Sprite yang akan kita bahas dan analisis adalah iklan produk Sprite dari negara Nepal pada tahun 2023 ini yang berjudul Sprite Spicy TVC Nepal: 2023 (https://youtu.be/MyaURukZdBI?si=Xb_KcSxSK45FlSsk).

Pada iklan ini diceritakan kisah pertemanan dari 3 orang pemuda yang sedang hang-out serta berburu kuliner di Nepal dan dari ketiga orang tersebut terdapat 1 perempuan yang digambarkan memiliki sifat cukup narsis dan heboh dibandingkan teman-temannya. Perempuan narsis tersebut dari awal iklan sudah menunjukkan sikap narsis dan hebohnya mulai dari berdandan nyentrik di tengah masyarakat, berfoto-foto secara terus menerus dan juga memfoto-foto berbagai hal, dan kegiatan lainnya yang cukup mengocok perut. Hingga akhirnya mereka bertiga singgah di salah satu tempat kuliner dan sang perempuan narsis ini memesan dan meminta sebuah makanan yang sangat pedas. Singkat cerita perepmpuan tersebut merasa kepedasan dan melakukan hal yang cukup konyol yaitu berteriak-teriak ditambah dengan dukungan scene yang menggambarkan api-api yang sehingga sangat mendukung rasa kepedasan yang dialami oleh perempuan tersebut, tetapi sang teman memberikan perempuan tersebut sebuah minuman Sprite dan setelah diminum, perempuan tersebut merasa baikan dan mereka pun tertawa bersama.

Jika iklan Sprite dari Nepal tersebut dianalisis menggunakan salah satu teori komunikasi persuasif, iklan tersebut relate dengan salah satu teori yaitu teori Dramatisme. Teori Dramatisme menurut Larson 2007 dalam bukunya halaman 13, yaitu merupakan sebuah teori komuikasi yang memandang kehidupan manusia sebagai sebuah drama, dengan setiap orang memainkan peran dan setiap tindakkannya memiliki tujuan. Lalu pada halaman 21 terdapat juga kutipan Larson mengenai Teori Dramatisme yang merupakan sebuah alat yang berguna untuk membantu menganalisis komunikasi karena membantu kita untuk melihat bagaimana komunikator menggunakan bahasa, gambar, dan simbol untuk menciptakkan makna. Dalam iklan Sprite Nepal tersebut terdapat beberapa elemen yang ditunjukkan dengan penggambaran sang "Aktor" yang merupakan ketiga teman tersebut dengan lebih fokus kepada sang perempuan narsis tersebut yang digambarkan memainkan peran dengan menjadi perempuan heboh dan narsis di "Adegan" yang merupakan sebuah restortan di Kota Nepal dan terdapat "Alat" yang merupakan makanan pedas dan juga sebuah produk minuman Sprite, dalam iklan tersebut juga terdapat "Konflik" yang merupakan makanan pedas yang menyebabkan perempuan narsis tersebut menjadi tidak nyaman dan terdapat solusi dari konflik tersebut yang sekaligus merupakan "Tujuan" dari iklan tersebut yaitu adanya produk minuman soda rasa leon Sprite yang menyegarkan dan dapat menetralisir rasa pedas, semua hal-hal yang terjadi tersebut dibungkus dengan satu tujuan yaitu untuk mempromosikan produk minuman soda Sprite dengan brandingnya yang menyegarkan dan dapat menetralisir rasa pedas.

Iklan Sprite Nepal ini sendiri sangat berbanding dari iklan Sprite di Indonesia yang lebih terkesan simple meskipun tetap mengandung unsur humor yaitu biasanya lebih banyak dengan penggunaan kata-kata saja dari pada menunjukkan sebuah "Drama" yang dibalut dengan jokes atau candaan-candaan seperti "Nyatanya Sprite makin nyegerin kalau botolnya keringetan" atau penggunaan tokoh komedian yaitu Cak Lontong dalam iklan dengan menyuruh kita meminum Sprite tetapi Eitss.. Tunggu buka puasa dulu :0, yang merupakan iklan Sprite pada saat sedang berjalannya ibadah puasa.

Daftar Pustaka: Larson, Charles U. (2007). Persuasion: Reception and responsibility. Twelfth edition. Boston: Wadsworth.

Source: Youtube: Sprite Spicy TVC Nepal:2023
Source: Youtube: Sprite Spicy TVC Nepal:2023

Source: Youtube: Sprite Spicy TVC Nepal:2023
Source: Youtube: Sprite Spicy TVC Nepal:2023

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun