IPPC (Intergovernmental Panel on Climate Change) mengartikan perubahan iklim sebagai perubahan rata-rata unsur iklim yang berlangsung dalam waktu yang lama (Wiryono, ed. 2020). Perubahan iklim ini telah memberikan dampak yang besar bagi kehidupan manusia seperti naiknya suhu rata-rata di bumi, kekeringan karena tingkat penguapan yang tinggi, pengasaman air laut, dan badai seperti yang terjadi di Yogyakarta pada 4 April 2021 lalu.
Namun tidak dapat dipungkiri bahwa perubahan iklim yang terjadi merupakan ulah manusia sendiri. Penggunaan kendaraan berbahan bakar fosil yang berlebihan dan penggundulan hutan dapat menambah konsentrasi gas rumah kaca di atmosfer. Pepohonan di hutan memiliki fungsi untuk menyerap karbondioksida (CO2) di atmosfer penyebab perubahan iklim. Dengan melakukan penggundulan hutan maka akan mengurangi organisme penyerap CO2 dan memperparah terjadinya perubahan iklim.
Perubahan iklim yang sangat berbahaya bagi kehidupan manusia dan seluruh makhluk hidup lain di bumi ini mendorong negara-negara di dunia termasuk Indonesia untuk membuat suatu agenda yang disebut SDGs (Sustainable Development Goals) atau TPB (Tujuan Pembangunan Berkelanjutan). Tujuan dari SDGs ini adalah untuk mewujudkan kemakmuran negara-negara di dunia pada tahun 2030. Topik mengenai iklim secara khusus termuat dalam tujuan TPB 13 yaitu mengambil tindakan cepat untuk mengatasi perubahan iklim dan dampaknya.
Mengingat besarnya kontribusi manusia dalam mempercepat terjadinya perubahan iklim, maka perlu adanya peningkatan kesadaran masyarakat mengenai penyebab, dampak, dan cara menanggulangi perubahan iklim agar tujuan SDGs 13 ini dapat terwujud. Dalam hal ini, peran pendidikan sangat diperlukan. Salah satu upaya yang dapat dilakukan untuk meningkatkan kesadaran masyarakat, khususnya siswa yaitu dengan kegiatan edukasi lewat program adiwiyata sekolah. Di Yogyakarta, khusunya di daerah Bantul telah banyak sekolah menengah atas yang menerapkan kegiatan adiwiyata. Kegiatan adiwiyata merupakan kegiatan edukasi yang memberikan pembelajaran yang disertai aksi nyata guna melestarikan lingkungan dan mengatasi masalah iklim.
Tema Hari Pendidikan Nasional tahun 2021 adalah “Serentak Bergerak, Wujudkan Merdeka Belajar”. Merdeka belajar berarti guru dan murid memiliki kebebasan untuk melakukan inovasi dalam belajar. Hal ini sesuai dengan program adiwiyata dimana setiap sekolah dapat berinovasi membuat berbagai kebijakan dalam rangka memberikan edukasi mengenai pelestarian lingkungan dan penanggulangan perubahan iklim. Beberapa SMA di Bantul, Yogyakarta yang telah menerapkan program adiwiyata yaitu SMA Negeri 1 Jetis, SMA Negeri 2 Bantul, SMA Negeri 1 Bambanglipuro, SMA Negeri 1 Bantul, dan SMA Negeri 1 Pundong. Sekolah-sekolah ini memiliki kebijakan yang berbeda-beda dalam melaksanakan kegiatan adwiyata. Kegiatan adiwiyata di SMAN 1 Jetis, SMAN 1 Bambanglipuro, dan SMAN 1 Pundong yaitu :
- Kegiatan Menanam Pohon dan Tanaman Obat.
Kegiatan menanam tanaman di SMAN 1 Jetis dilakukan dengan menanam tanaman herbal di lingkungan sekolah. Tanaman ini dirawat dan dipantau perkembangannya. Setelah dipanen, tanaman tersebut diolah untuk dijadikan produk makanan dan bubuk minuman seperti bubuk jahe dan bubuk kunyit. Produk-produk ini kemudian dijual di pameran. Selain menanam tanaman herbal, SMAN 1 Jetis juga melakukan penanaman pohon.
Di SMAN 1 Bambanglipuro setiap tahun ajaran baru para siswa diminta untuk membawa tanaman atau bibit pohon yang nantinya akan ditanam dan dirawat oleh para anggota sekolah. Tidak jauh berbeda dengan SMAN 1 Bambanglipuro, di SMAN 1 Pundong setiap siswa juga diminta untuk membawa tanaman hias dari rumah masing-masing kemudian digunakan sebagai taman sekolah. Kegiatan penanaman ini merupakan upaya untuk mengurangi konsentrasi emisi gas rumah kaca di atmosfer penyebab perubahan iklim karena tumbuhan dapat menyerap CO2 melalui proses fotosintesis.
- Pengurangan Penggunaan Plastik
SMAN 1 Bambanglipuro, SMAN 1 Jetis dan SMAN 1 Pundong menerapkan aturan yaitu ketika warga sekolah hendak membeli makanan di kantin mereka harus membawa tempat makan sendiri atau menggunakan tempat makan yang telah disediakan oleh kantin. Bahkan di SMAN 1 Jetis, makanan ditaruh dalam “pincuk” atau wadah yang terbuat dari daun pisang. Kegiatan ini merupakan upaya untuk mengurangi sampah plastik.
- Kegiatan Pengolahan Sampah
Kegiatan pengelolan sampah baik di SMAN 1 Jetis, SMAN 1 Bambanglipuro, maupun SMAN 1 Pundong dilakukan dengan kegiatan pemilahan sampah. Di SMAN 1 Jetis siswa mengumpulkan sampah non-organik lalu disetorkan ke sekolah dan nantinya sekolah akan memberi upah kepada siswa. Sampah ini kemudian diolah dan didaur ulang menjadi kerajinan. Sedangkan sampah organik seperti daun diolah menjadi pupuk kompos. Sampah biasanya dibakar, hal ini akan menambah jumlah karbon di atmosfer. Kegiatan mendaur ulang sampah dan menjadikan sampah sebagai pupuk memberikan edukasi bagi siswa dalam mengurangi penyebab perubahan iklim.
Dari kegiatan-kegiatan adiwiyata tersebut dapat dilihat bahwa peran pendidikan sangat diperlukan dalam upaya mewujudkan GDGs tujuan 13. Dengan semakin diperluasnya kegiatan adiwiyata ini maka akan semakin banyak masyarakat yang teredukasi mengenai bahaya , dampak, dan cara penanggulangan perubahan iklim. Oleh karena itu kegiatan edukasi ini harus terus dilaksanakan dan dikembangkan.
Penulis : Raymondia Galuh Debyantari