Mohon tunggu...
Raymond Hutahaean
Raymond Hutahaean Mohon Tunggu... Lainnya - Mahasiswa Hukum

Saya seorang mahasiswa hukum.Membaca dan menulis adalah kesukaan saya,saya senang membaca dan menulis tentang Filsafat, Ilmu Hukum dan disiplin ilmu lainnya.

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Dilema Hati Sang Panitera

5 Agustus 2024   10:57 Diperbarui: 5 Agustus 2024   11:03 54
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Diantara dinding-dinding Pengadilan yang terpahat oleh waktu, Berdiri seorang Panitera yang tugasnya tak pernah terhenti.

Di dalam ruang hening diantara tumpukan berkas hati sang Panitera terbelah menjadi dua,

Satu sisi filosofi mengajarkan tentang keadilan, mengurangi benang merah yang menghubungkan perbuatan dan akibat,

Sisi hukum berbicara dengan ketegasan, mengukir putusan yang tak selalu memihak hati.

Dalam setiap keputusan yang terukir dilema menghampirinya,ia berdiri di persimpangan jalan,antara keadilan dan ketidakadilan

 

Di dalam ruang sidang ia menulis sejarah , mengukir jejak diantara kata-kata yang terucap.

Dalam dilema itu Sang Panitera selalu bertanya dalam hati,apakah keadilan selalu sejalan dengan hukum?ataukah ada momen ketika hati harus menentangnya? Apakah ada ruang bagi belas kasihan di balik paragraf-paragraf kering? 

Dalam ruang pengadilan sang Panitera menimbang, melihat wajah-wajah yang datang dan pergi, mendengar cerita-cerita yang menggugah empati.Namun di atas mejanya ada pasal-pasal yang tak kenal belas kasihan,dia merasa terjepit antara dua dunia, hukum yang dingin dan hati yang bergetar.

"Dilema" bisiknya pada diri sendiri ,ketika kata-kata hukum bertabrakan dengan getaran hati,Sang Panitera mencoba menemukan jalan mungkin diantara pasal-pasal ada celah untuk keadilan yang lebih manusiawi,mungkin diantara hati yang bergetar ada kebijaksanaan yang lebih dalam.

Dan di dalam ruang hening,dia terus mencari,dilema Hati Sang Panitera ,tak pernah berakhir.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun