Mohon tunggu...
Raymond Tjionardes
Raymond Tjionardes Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Baru Fakultas Hukum Universitas Airlangga

Saya suka membaca artikel, berita, dan buku. Saya juga senang belajar hukum dan kasus-kasus yang hangat diperbincangkan di media Indonesia.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Guratan Tinta Menggerakkan Bangsa

20 Agustus 2023   21:55 Diperbarui: 21 Agustus 2023   01:41 108
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

“Jejak Anak Muda Indonesia: Gagasan Ksatria Airlangga melalui Akselerasi Kajian SDGs Untuk Mewujudkan Indonesia Emas 2045”

Isu : sosial dan ekonomi

Sub isu : Tingginya Utang Negara yang Tidak Dapat Menanggulangi Kesejahteraan (kontra)

Menilik masa depan Indonesia Emas 2045, saya tidak setuju apabila dikatakan bahwa utang negara yang tinggi tidak dapat menanggulangi kesejahteraan. Kita tahu bahwa utang merupakan hal yang lazim untuk menambah modal usaha. Licolin Arsyad dalam Simposium Nasional Keuangan Negara yang berjudul HUBUNGAN ANTARA UTANG LUAR NEGERI DENGAN PEREKONOMIAN DAN KEMISKINAN mengatakan bahwa utang luar negeri adalah sumber pembiayaan anggaran pemerintah dan pembangunan ekonomi. Artinya, melalui utang, pemerintah memperoleh “suplai” untuk menyuntik masyarakat agar bisa berkembang dan melakukan mobilitas vertikal (peningkatan atau penurunan status) ke atas. 

Licolin mengatakan bahwa utang dipakai untuk membiayai defisit anggaran. Artinya kekurangan anggaran yang dikeluarkan negara untuk kebutuhan pendidikan, kesehatan, dan pembangunan sarana transportasi dan komunikasi dapat ditutupi melalui utang negara. Meskipun utang negara yang tinggi terbilang merugikan dan mendapat konotasi negatif karena membebani masyarakat di masa yang akan datang, utang negara tidak bisa dipandang dari sebelah sisi saja. Justru kita harus percaya bahwa negara tidak mengambil keputusan yang hanya menurunkan daya beli masyarakat dan akhirnya menyengsarakan rakyat. 

Dari jurnal yang saya lampirkan di bawah ini, tertulis bahwa pada tingkat kepercayaan 95 persen, nilai utang yang nilainya jutaan dolar Amerika justru memiliki pengaruh nyata terhadap peningkatan jumlah PDB (produk domestik bruto) dibandingkan dengan inflasi. Tampak suatu tren, yaitu peningkatan PDB dan penurunan jumlah kemiskinan. Hal ini menjadi pemantik bagi negara bahwa di masa yang akan mendatang, utang tidak boleh hanya dipandang sebagai penyakit negara, justru sebaliknya menjadi obat. Di hasil penelitian lain, dalam jurnal yang dikeluarkan oleh Fakultas Ekonomi Bisnis Universitas Mulawarman yang berjudul PENGARUH UTANG LUAR NEGERI TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI DAN DAMPAKNYA PADA PENGANGGURAN TERBUKA DI INDONESIA, tertulis jelas bahwa pengangguran terbuka atau gampangnya tingkat kesejahteraan yang tidak positif merupakan masalah yang termasuk dalam sasaran pembangunan jangka panjang. 

Untuk mengatasi hal terkait pembangunan jangka panjang tersebut, negara mengambil utang, TPT atau Tingkat Pengangguran Terbuka yang merupakan ukuran dari variabel pembangunan dalam RPJP atau Rencana Pembangunan Jangka Panjang tahun 2005–2025 ditargetkan menurun hingga kurang dari 5%. Di bagian hasil evaluasinya tampak hasil bahwa pertumbuhan ekonomi berpengaruh positif signifikan terhadap pengangguran terbuka. Ini juga menjadi counter argument yang dituliskan oleh Okun dalam Mankiw. Dari penelitian dan hasilnya tersebut, kita bisa menarik suatu konklusi atau kesimpulan bahwasannya berutang tidak selalu buruk. Kita bisa menjadikan utang sebagai titik balik masyarakat pengangguran agar bisa mengalami perubahan signifikan untuk hidup mereka. 

Hal ini mengarah pada sasaran jangka panjang untuk menanggulangi kesejahteraan masyarakat. Stereotype yang ditempelkan pada utang sering kali membuat masyarakat menjadi gelap mata dan hanya tau menggunakan jarinya untuk mengetik hal-hal jahat kepada masyarakat. Padahal, negara mengambil tindakan tersebut bukan berdasarkan ambisi dan legasi dari stakeholder dan kepala negara, melainkan untuk pertumbuhan masyarakat menuju Masa Emas Indonesia 2045. Namun, penting untuk diingat bahwa manfaat dari hutang negara hanya dapat diwujudkan jika hutang tersebut dikelola dengan bijak dan dialokasikan secara tepat. Terlalu banyak hutang tanpa perencanaan yang baik atau penggunaan yang kurang tepat dapat mengakibatkan masalah ekonomi jangka panjang yang merugikan masyarakat. Oleh karena itu, kebijakan hutang negara perlu diatur dengan hati-hati dan dalam konteks kondisi ekonomi dan keuangan negara yang bersangkutan.

Referensi

Junaedi, Dedi. 2018. Hubungan antara Utang Luar Negeri dengan Perekonomian dan Kemiskinan : Komparasi Antarezim Pemerintahan. Diakses 20 Agustus 2023 dari SNKN 2018 | Simposium Nasional Keuangan Negara

Basten, Eric Van. 2021. Pengaruh utang luar negeri terhadap pertumbuhan ekonomi dan dampaknya pada pengangguran terbuka di Indonesia. Diakses 20 Agustus dari https://journal.feb.unmul.ac.id/index.php/FORUMEKONOMI

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun