Mohon tunggu...
Raymond Liauw
Raymond Liauw Mohon Tunggu... -

Anak rantau

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Jeritan Malam Desa Mawar

12 Desember 2014   15:39 Diperbarui: 17 Juni 2015   15:28 162
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Banyak sekali kisah mistik yang telah beredar di seputar wilayah Gunung Kidul, entah benar atau tidak, namun yang pasti hal itupun juga dialami oleh tiga orang sahabat Kardi, Ferdi dan Mulya. Ketiga orang ini memiliki hobby yang sama sejak mereka masih di bangku SMA. Setiap ada libur panjang mereka tidak pernah menyia nyiakan waktunya untuk mendaki gunung dan berkemah sekalipun di tengah hutan. Mulai dari tenda, tambang hingga jarum jahit pun mereka siapkan.


Sebagaimana halnya masyarakat di Jawa Tengah, cerita cerita setan seperti kuntilanak, pocong, atau genderuwo disebarkan dari mulut ke mulut. Rasa takut akan roh halus bukan hanya dialami oleh anak anak tapi juga oleh orang dewasa. Namun semua cerita seram itu tidak berpengaruh bagi ketiga sahabat ini.


Aku kepingin sekali ketemu kuntilanak biar bisa minta kode nomor buat pasang undian harapan” celoteh Kardi dengan rokok Dji Sam Soe di celah kedua jarinya.

Kamu jangan suka takabur toh, Kar. Nanti kalau ketemu beneran kamu lari” sahut Ferdi.

Lhooo.....beneran Fer, aku kepingin sekali tanya nomor kode kepada kuntilanak, mumpung teman kita si Mulya ini ahli mengusir setan hahahaaaa.....” celetuk Kardi sambil mencolek punggung Mulya yang sejak tadi serius masih sibuk mengeluarkan bekal makanan dari dalam ranselnya.

Wah..... kalau si Mulya sih tidak diragukan lagi, Kar, Raja Setan juga sujud dikakinya”. Gelak canda tawa mereka berdua tidak terlalu digubris oleh Mulya yang hanya senyam senyum.


Selepas mendirikan tenda dan menumpuk kayu bakar untuk api unggun, tiga sekawan ini menyantap makan malam sambil terus melontarkan banyolan banyolannya.


Saat itu sekitar jam 6:30 sore. Kabut kian menggenangi pijak kaki mereka dan mengalir masuk ke dalam tenda. Api unggun pun dibakar. Tiba tiba sekujur tubuh Ferdi mengeluarkan keringat dingin dan demam.


Wah.....koq’ sakit demam dadakan begini Fer ?”

Mul, kamu dengan Ferdi tunggu di sini dulu, aku mau cari desa terdekat yang dapat kita singgah untuk beristirahat. Sepertinya Ferdy kurang sehat untuk tidur di dalam tenda malam ini”.


Oh.....iya, jangan lupa bawa kompasmu” sahut Mulya kepada Kardi yang beranjak bangun berdiri memegang senter sambil memasukan kompas ke dalam saku celananya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun