Di tengah inflasi yang meningkat ini, potensi Indonesia mengalami resesi masih dikatakan rendah karena adanya komitmen pemerintah yang menjaga harga pasar.
Diperkirakan saat resesi terjadi tahun 2023, dampak kepada perekonomian tidaklah separah saat tahun 1998 atau 2020, jika dilihat dari kondisi ekonomi rill yang masih stabil hingga saat ini.
Akan tetapi, adanya dampak pada beberapa sektor dan nilai tukar mata uang Rupiah dirasakan oleh beberapa kalangan masyarakat, salah satunya ada kenaikan harga dari beberapa jenis bahan, terutama bahan dasar yang diimpor.
Selain itu, dampak dari tekanan nilai tukar mata uang Rupiah dan harga minyak global yang terus meningkat berpotensi terhadap meningkatnya harga bahan bakar yang mengancam daya beli masyarakat.
Saat ini, jumlah nilai subsidi BBM di Indonesia mencapai Rp 502 triliun yang berarti angka tersebut cukup besar karena telah mencapai 16% dari total anggaran belanja pemerintah dalam Peraturan Presiden No. 98 Tahun 2022.
Angka subsidi ini berpotensi akan membengkak menjai Rp 700 trilun, jika pemerintah tidak melakukan pengembalian atau menaikkan harga BBM.
Oleh karena itu, hubungan resesi global dengan kenaikan harga BBM adalah resesi global diakibatkan oleh inflasi di berbagai sektor, salah satunya energi minyak global. Selain itu, adanya tekanan nilai mata uang Rupiah menjadi salah satu alasan mengapa harga BBM meningkat.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H