Semarang (10/08/2021) – Kelurahan Bulusan, Kecamatan Tembalang. Luas wilayah Kelurahan Bulusan yaitu ± 304.072 Ha. Secara geografis merupakan wilayah dataran tinggi/perbukitan terbagi menjadi 7 RW dan 40 RT dengan kepala keluarga yang berjumlah 2.027 keluarga. Batas wilayah Kelurahan Bulusan bagian Utara yaitu Kelurahan Mangunharjo.
Batas wilayah Kelurahan Bulusan bagian Timur yaitu Kelurahan Meteseh. Batas wilayah Kelurahan Bulusan bagian Selatan yaitu Kelurahan Kramas. Batas wilayah Kelurahan Bulusan bagian Barat yaitu Kelurahan Tembalang. Ketinggian Tanah dari permukaan air laut yaitu 20 m. Banyaknya curah hujan yaitu 200 mm / Tahun.
Topografi daratan yaitu Rendah (datar) dan Bergelombang. Suhu Udara rata-rata yaitu 32 – 34 ° C. Jarak dari Pemerintahan Kelurahan ke Ibukota Kecamatan yaitu ± 5,50 Km. Jarak dari Pemerintahan Kelurahan ke Ibukota Kota Semarang yaitu ± 15,00 Km. Jarak dari Pemerintahan Kelurahan ke Ibukota Propinsi yaitu ± 12,50 Km. Jarak dari Pemerintahan Kelurahan ke Ibukota Negara yaitu ± 488,00 Km.
Tanah longsor adalah perpindahan material pembentuk lereng berupa batuan, bahan rombakan, tanah, atau material campuran tersebut, bergerak ke bawah atau keluar lereng.
Proses terjadinya tanah longsor dapat diterangkan sebagai berikut: air yang meresap ke dalam tanah akan menambah bobot tanah. Jika air tersebut menembus sampai tanah kedap air yang berperan sebagai bidang gelincir, maka tanah menjadi licin dan tanah pelapukan di atasnya akan bergerak mengikuti lereng dan keluar lereng.
Ada beberapa penyebab terjadinya bencana tanah longsor, salah satunya di akibatkan oleh hujan. Ancaman tanah longsor biasanya dimulai pada bulan November karena meningkatnya intensitas curah hujan. Musim kering yang panjang akan menyebabkan terjadinya penguapan air di permukaan tanah dalam jumlah besar. Hal itu mengakibatkan munculnya pori-pori atau rongga tanah hingga terjadi retakan dan merekahnya tanah permukaan.
Ketika hujan, air akan menyusup ke bagian yang retak sehingga tanah dengan cepat mengembang kembali. Pada awal musim hujan, intensitas hujan yang tinggi biasanya sering terjadi, sehingga kandungan air pada tanah menjadi jenuh dalam waktu singkat. Hujan lebat pada awal musim dapat menimbulkan longsor, karena melalui tanah yang merekah air akan masuk dan terakumulasi di bagian dasar lereng, sehingga menimbulkan gerakan lateral. Bila ada pepohonan di permukaannya, tanah longsor dapat dicegah karena air akan diserap oleh tumbuhan, karena akar tumbuhan juga akan berfungsi mengikat tanah.
Berdasarkan rangkaian informasi yang sudah diberikan, Salah satu Mahasiswa KKN Undip membuat suatu Peta Potensi Bencana Longsor Serta Potensi Sumber Daya Alam, Muhammad Rayhan Hidayat, adalah salah satu peserta dari Mahasiswa KKN Undip dari Jurusan Teknik Geologi yang membuat Program Kerja tersebut, hal itu dikarenakan adanya suatu kegentingan yang dirasa cukup kuat akan sosialisasi terhadap Warga di Kelurahan Bulusan mengenai pencerdasan terhadap Bencana Alam Longsor. Selain itu Mahasiswa tersebut juga membuat Peta Potensi Sumber daya alam Daerah Bulusan yang diketahui mengandung beberapa potensi yang dapat dimanfaatkan.
Hasil survey dan observasi yang telah dilakukan, dapat ditarik kesimpulan sementara bahwa RW 4 Kelurahan Bulusan berpotensi terjadi bencana tanah longsor. Longsor pernah terjadi sebanyak 2 kali di wilayah RT 6 RW 4 Kelurahan Bulusan. “Di belakang ini pernah longsor 2 kali. Itu getarannya sampai sini, meskipun tidak terasa di semua RT” ujar Pak Malik Ketua RT 6.
Selain itu jika mendatangi beberapa titik di RW 4 terdapat banyak perubahan ketinggian tanah di pemukiman padat dan kurangnya pepohonan sebagai penahan tanah. Kelurahan Bulusan juga belum memiliki data mengenai kondisi bawah permukaan dan faktor-faktor pemicu bencana lainnya, serta kurangnya pemahaman mengenai manajemen resiko bencana tanah longsor.Dengan adanya potensi tanah longsor yang diketahui dari masyarakat dan kondisi lingkungannya, peta potensi bencana tanah longsor dirasa perlu dibuat. Hal ini agar warga dapat mengetahui potensi bencana yang sedang “menghantui” wilayah tempat tinggalnya. Selain itu warga juga perlu diberi edukasi mengenai bencana longsor dan manajemen resiko bencana itu sendiri yang di buat dalam bentuk Poster Mitigasi bencana.