Ivan mendorong gerbang kuburan hingga terbuka,dia pun berjalan cepat.
"Tenang, ini hanya jalan biasa. Sama seperti jalan lain." Gumam Ivan. Tetapi kegelapan malam membuat ketakutan yang luar biasa.
"Lima koin emas, Ivan.",Gumam Ivan agar ia ingat hadiahnya jika ia berhasil.
Angin menderu kejam, dan pedang itu seperti es di tangannya. Ivan menggigil dibalik mantel panjang dan tebalnya sambil berlari pincang.
Dia mengenali batu nisan besar itu. Ia pun terisak, yang tenggelam dalam angin. Dan dia berlutut, kedinginan dan ketakutan, Ivan menancapkan pedangnya ke tanah yang keras. Dengan kekuatan penuh, ia akhirnya berhasil menancapkan sampai ke gagang. Selesai sudah. Kuburan.... tantangan... lima koin emas.
Ivan mulai bangkit dari lututnya. Tetapi dia tidak bisa bergerak. Sesuatu menahannya. Sesuatu mencengkeramnya dengan cengkeraman yang sangat kuat. Ivan menarik-narik dan melompat ditengah kepanikannya, diguncang oleh ketakutan yang mengerikan. Tapi ada sesuatu yang menahan Ivan. Ia menangis dan membuat suara aneh yang menghilang di tengah malam.
Keesokan harinya mereka menemukan Ivan, di tanah didepan batu nisan yang terletak di tengah kuburan. Wajahnya bukan wajah orang yang membeku, tetapi wajah pria yang dibunuh oleh beberapa orang tanpa nama. Dan pedang Letnan berada di tanah tempat Ivan menancapkannya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H