Tidak hanya dampak positif yang dapat diberikan oleh binge-watching atau nonton secara maraton, namun terdapat dampak negatif yang diakibatkan oleh aktivitas ini. Pertama, binge-watching dapat memengaruhi cara berinteraksi dengan orang lain. Bagi anak-anak, mereka akan cenderung berperilaku anti sosial maupun gangguan kepribadian lainnya. Pada orang dewasa, binge-watching juga dapat memengaruhi hubungan sosialnya. Apabila seseorang sudah ketagihan menonton, mereka bisa menunjukan sikap tidak peduli pada orang-orang di sekitarnya, baik keluarga maupun teman. Kedua, dengan binge-watching yang dapat menghabiskan waktu lebih dari dua jam tiap hari, dikatakan dapat mempengaruhi risiko penyakit diabetes dan penyakit jantung. Hal ini diakibatkan karena jarangnya bergerak dan terlalu seringnya duduk. Pola hidup minim gerak ini akan membuat tubuh kesulitan untuk membakar kalori dan karbohidrat yang ada di dalam tubuh, sehingga akan terjadi penumpukan kalori yang dapat membahayakan kesehatan tubuh. Ketiga, binge-watching berpotensi memengaruhi tingkat kesuburan sperma bagi laki-laki. Sebuah penelitian menunjukkan bahwa laki-laki yang menghabiskan waktu menonton lebih dari 20 jam per minggu, cenderung memiliki jumlah sperma yang sedikit. Kemungkinan hal ini dapat terjadi karena binge-watching membuat seseorang tidak banyak bergerak, sehingga mengalami peningkatan suhu pada testis yang mengakibatkan produksi sperma pun dapat menurun.
Setelah mengenal pengertian binge-watching dan mengapa kegiatan tersebut menjadi kebiasaan umum masyarakat Indonesia saat ini di masa pandemi COVID-19, dapat dihubungkan dengan konsep Budaya Populer (Popular Culture). Menurut Raymond Williams (John Storey, 2018:1), budaya merupakan sesuatu yang dapat digunakan untuk merujuk pada proses umum perkembangan intelektual, spiritual, dan estetika. Kedua, budaya dapat menyarankan cara hidup, baik itu hidup orang, era, atau kelompok. Misalnya, keaksaran, liburan, olahraga, dan festival keagamaan. Dengan kata lain, budaya di sini berarti teks dan praktik yang fungsi utamanya adalah untuk menandakan, menghasilkan, atau menjadi tempat untuk menghasilkan makna. Ada empat makna budaya yang dijelaskan dalam konsep Budaya Populer, salah satunya disukai oleh banyak orang. Pada pembahasan mengenai binge-watching yang sudah menjadi kebiasaan umum yang dilakukan oleh masyarakat Indonesia di tengah pandemi COVID-19, merupakan salah satu pemaknaan budaya menurut Budaya Populer. Hal ini dapat dihubungkan karena kegiatan binge-watching dilakukan dan disukai oleh banyak masyarakat Indonesia karena dinilai mampu menghilangkan rasa bosan saat pandemi COVID-19 berlangsung, sehingga hal ini sudah menjadi bagian dari budaya mereka.
Dapat disimpulkan bahwa binge-watching merupakan kegiatan yang ada kaitannya dengan konsep Budaya Populer (Popular Culture) dan hingga saat ini sudah menjadi kebiasaan umum masyarakat Indonesia sejak pandemi COVID-19. Terdapat banyak cara yang dapat dilakukan untuk bisa menikmati nonton maraton atau binge-watching, salah satunya dengan menggunakan streaming service platforms yang legal dan tersedia di Indonesia, baik itu melalui Netflix, Viu, iflix, Vidio, atau Disney plus. Akan tetapi, aktivitas binge-watching tampaknya memiliki dampak positif dan negatif yang perlu diketahui dan dipertimbangkan. Dampak positif tersebut untuk kesehatan mental, yaitu dapat menghilangkan rasa stress akibat bosannya di rumah, karena binge-watching dapat menimbulkan rasa nyaman dan puas. Dampak negatif yang dapat ditimbulkan dari aktivitas binge-watching di antaranya adalah menimbulkan sikap anti sosial pada anak hingga orang dewasa. Binge-watching juga dapat menimbulkan kemungkinan penyakit diabetes dan penyakit jantung, sebab aktivitas ini membuat orang tidak banyak bergerak dan menghabiskan waktunya hanya dengan duduk santai, bahkan berbaring di tempat tidur. Selain itu, binge-watching mampu mengakibatkan penurunan jumlah sperma pada laki-laki. Hal ini mungkin terjadi karena kurangnya bergerak dan terlalu seringnya duduk dapat meningkatkan suhu pada testis, sehingga produksi sperma pun dapat menurun.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H