Tahun ini, perayaan Idul Adha mengalami perbedaan lagi di antara umat Islam di Indonesia. Muhammadiyah menggelar Shalat Idul Adha hari ini (4/10) sesuai hasil hisab pada 24 September kemarin. Hal ini diperkuat oleh pelaksanaan wukuf di Arafah yang berlangsung kemarin (3/10). Sementara, NU dan Kementerian Agama RI memutuskan Idul Adha tahun ini jatuh pada Minggu besok (5/10).
Perbedaan Idul Adha tahun ini mengulang apa yang terjadi pada tahun 2012 lalu, di mana hari raya Idul Adha juga tidak bersamaan. Bukan masalah besar untuk menanggapi ini dari segi kedewasaan umat. Namun, dari segi ibadah ini adalah masalah besar. Kenapa? Kalau perbedaan Idul Fitri tidak terlalu serius untuk ditanggapi, sebab nyatanya di seluruh dunia ini tidak berbarengan. Namun, Idul Adha berkenaan dengan ibadah haji di Mekkah. Jadi, pelaksanaan Idul Adha juga harus berbarengan dengan pelaksanaan ibadah haji di Mekkah. Sederhananya begini, secara berurutan hari raya Idul Adha diawali dengan puasa Arafah pada 9 Dzulhijjah, lalu diikuti shalat Id pada besoknya 10 Dzulhijjah, dan hari tasyrik pada 3 hari setelahnya. Lazimnya, pemotongan hewan kurban dilakukan setelah pelaksanaan Shalat Idul Adha. Dengan urutan tersebut, seharusnya perayaan Idul Adha bisa kompak karena mengikuti sistematika ibadah haji di atas.
Menurut saya, baik Muhammadiyah, NU, Kementerian Agama RI, maupun yang lainnya, untuk urusan Idul Adha seharusnya tidak perlu mengadakan penentuan sendiri. Kenapa? Seperti yang sudah disinggung di atas, Idul Adha harus mengikuti ibadah haji yang sedang berlangsung. Dengan kata lain, lebih baik kita berpatokan pada ketetapan Pemerintah Saudi Arabia selaku tuan rumah ibadah haji. Bukannya tidak boleh mengadakan penentuan sendiri, namun mustahil menghindari perbedaan jika metode yang digunakan masing-masing pihak untuk menentukan perayaan hari besar Islam seperti Idul Adha ini berbeda satu sama lain.
Rasanya, memang iya kita tidak bisa menghindari perbedaan. Tapi, haruskah kita sampai bertikai hanya gara-gara masalah ini? Haruskah kita terpecah belah gara-gara berbeda cara? Saya pikir konyol sekali kalau sampai berkelahi hanya karena berbeda. Bahkan, tidak cuma masalah seperti ini yang sering menemui perbedaan, namun juga ditemukan pada banyak hal dalam kehidupan sehari-hari. Misalnya, warna kulit, ras, suku, agama, dll. Perbedaan seharusnya menciptakan kedamaian karena kita tidak akan bosan dengan corak yang begitu-begitu saja, bukannya memicu konflik karena masing-masing merasa lebih unggul daripada yang lain. Saya pikir, perbedaan itu bukan untuk jadi bahan pertikaian, namun perbedaan itu membuat dunia menjadi berwarna-warni karena PERBEDAAN ADALAH PELANGINYA DUNIA.
Selamat Hari Raya Idul Adha untuk semua umat Islam yang merayakannya hari ini dan besok. Semoga, dengan semangat berkurban mampu meningkatkan kepekaan kita terhadap lingkungan sekitar kita. Amin!
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H