Mohon tunggu...
Rayhan Aulia Prakoso
Rayhan Aulia Prakoso Mohon Tunggu... pelajar/mahasiswa -

Masih anak SMAN 10 Malang.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Anak Sekolah Bukan Robot

16 Agustus 2014   16:22 Diperbarui: 18 Juni 2015   03:24 324
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gadget. Sumber ilustrasi: PEXELS/ThisIsEngineering

Beberapa hari yang lalu, Kurikulum 2013 sempat menjadi trending topic di Twitter. Setelah saya telisik, para Tweeps yang kebanyakan anak sekolah mengeluh tentang penerapan Kurikulum 2013 yang mereka anggap hampir 'membunuh' mereka. Dari hampir semua tweet yang saya baca, sebagian mengeluh jam sekolah mereka mulai pagi sampai sore. Sebagian lagi mengeluh gurunya cuma masuk dan memberi soal lalu ditinggal lagi, dan sepertinya hal itu berlangsung berkali-kali dan semua guru melakukannya. Paling banyak mengeluh tentang masuk sekolah di hari Sabtu (mungkin karena sekolahnya hanya sampai Jumat seperti sekolah saya). Dari semua itu, dapat saya simpulkan bahwa anak-anak ini sangat menginginkan Kurikulum 2013 dihapus. Atau dengan kata lain, Kurikulum 2013 sangat tidak diinginkan kehadirannya.

Saya memang tidak termasuk yang memakai Kurikulum 2013, karena saya anak kelas 12 dan merupakan angkatan terakhir yang memakai KTSP 2006. Namun, saya terhenyak begitu disodori kenyataan bahwa prakteknya, Kurikulum 2013 mengharuskan jam belajar sekolah sampai 8 jam, itupun seminggu pembelajaran bukan Senin-Jumat, tapi Senin-Sabtu. Belum lagi, tugas-tugas yang diberikan guru ada setiap hari dan jumlahnya hampir melebihi yang saya alami selama hampir 3 tahun di SMA. Lalu, anak-anak yang harus aktif mencari materi, tidak menunggu dijelaskan gurunya dulu. Belum lagi, kasus buku-buku pelajaran yang belum terdistribusi merata. Ah, semakin banyak dan juga ribet.

Menurut saya, tujuan dari Kurikulum 2013 ini sudah bagus, agar anak-anaknya pintar dan juga rajin. Namun, bagaimana anak-anak mau pintar kalau begini caranya? Apakah dengan pembelajaran 8 jam sehari mampu membuat anak-anak sekolah pintar? Apakah dengan diberi PR setiap hari anak-anak sekolah menjadi rajin atau juga menjadi pintar? Apakah dengan menyuruh anak bergerak sendiri mencari materi pelajaran mampu membuat anak menjadi aktif? Sepertinya Kemendikbud kurang akal dalam mencerdaskan bangsa. Kalau seperti ini, jelas bukan mendidik anak, namun menyiksa anak.

Jangankan diberi banyak tugas dalam sehari, diberi satu saja belum tentu selesai, ini malah dikasih lusinan. Anak disuruh mencari materi sendiri? Iya kalau mahasiswa, karuan bisa jalan sendiri. Kalau anak-anak SD, bagaimana? Bisa kocar-kacir anak-anaknya. Jangankan yang di SD, yang duduk di bangku SMP maupun SMA saja belum tentu mau dan bisa melakukannya. Guru hanya datang, memberi tugas, lalu santai-santai? Jangankan begitu, anak-anaknya dijelaskan dulu saja belum tentu paham, lha ini malah langsung ngasih tugas dan tak pakai ba-bi-bu dulu lagi. Sekolah 8 jam sehari dan sampai hari Sabtu? Bisa meledak otaknya anak-anak sekolah kalau begini caranya. Anak-anak juga butuh setidaknya waktu untuk mengistirahatkan fisik dan otak, juga waktu untuk kegiatan di luar pembelajaran seperti ekskul, organisasi, dll. Toh, masih banyak kok cara membuat anak-anak sekolah pintar dan juga bermoral tanpa harus memperlakukannya seperti robot. Anak-anak sekolah juga manusia, bukan robot yang mampu bekerja 24 jam full.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun