Malam ini akan menjadi malam terbaikku. Orang-orang akan menatapku dan mereka tidak akan pernah berhenti berdecak kagum hingga pertunjukan malam ini usai. Aku yakin mereka yang mencemooh mimpiku akan menangis sedih. Mereka akan menyesali mengapa tidak mendukungku dari dulu. Kemenanganku dan tepuk tangan penonton di seluruh penjuru negeri akan menyiksa kalian selamanya.
Agatha memasuki panggung pertunjukan kontes musik terbesar di Italia. Lampu sorot terpasang dimana-mana. Kursi penontong yang bertingkat-tingkat semakin menambah kesan megah pertunjukan malam ini. Agatha tidak sia-sia menghabiskan masa remajanya mengikuti berbagai macam kursus bernyanyi. Agatha ingin menjadi penyanyi terkenal, namun orang di sekitarnya menertawakan mimpi itu. Agatha tidak lebih hanya dipandang sebagai pekerja keras saja, bukan seseorang yang berbakat. Tapi apakah benar demikian? Malam ini Agatha akan membuktikannya.
Malam ini pertarungan semakin sengit, kontes bernyanyi yang diselenggarakan sebuah studio musik ternama di Eropa akan memilih yang terbaik diantara kedua kontestan yang berhasil melewati rangkaian seleksi yang panjang. Agatha pun melalui itu semua dengan penuh penderitaan. Saat penentuan finalis dua besar, berita kematian ayah angkatnya sengaja tidak diberitahukan hingga sekarang. Panitia penyelenggara tidak ingin menanggung risiko besar apabila konsentrasi kontestan mereka terganggu. Acara ini tidak boleh gagal, keuntungan acara ini sudah terlampau besar, kegagalan mereka di tahun pertama hanya akan menjadi kenangan dan acara ini tidak akan pernah didanai lagi oleh "kalangan atas" di industri musik Itali.
"Kontrak besar sudah menantiku, peluang menangku lebih besar dibanding Elizabeth. Aku tidak percaya dengan gadis itu. Mengapa Elizabeth harus ikut audisi bersamaku? Bukankah dia putri seorang konglomerat pemilik perusahaan elektronik terbesar di negeri ini? Dengan bantuan orangtuanya, tanpa seleksi dan audisi, Elizabeth pasti bisa jadi penyanyi. Aku pernah membaca kata-kata bijak jika orang sukses akan diuji dengan banyak rintangan. Aku calon orang sukses itu dan aku diuji dengan lolosnya Elizabeth putri konglomerat di kontes ini."
(Musik pengiring segera dimainkan, malam ini Agatha akan menyanyikan lagu Parla Piu, salah satu lagu favoritnya. Agatha menantikan malam ini untuk menyanyikan lagu yang dipercaya Akan membuat juri terkesan dengan suaranya). Agatha tidak pernah tahu kalau dirinya ada di panggung itu hanya karena kepentingan bisnis, mana ada orang yang secara sungguh-sungguh ingin menemukan bakat bernyanyi? Bukankah di luar sana orang-orang yang sudah memenangkan kontes seperti ini hanya bertahan hingga satu album saja? Itupun album kompilasi.
Orang-orang dibalik bisnis pencarian bakat ini akan meraup untung yang banyak selama proses eliminasi, hingga malam final ini selesai. Setelah itu pemenang kontes akan mencari jalannya sendiri-sendiri, mereka akan menentukan takdir sendiri di tengah arus pendatang baru yang tidak kalah menariknya. Ya kesuksesan yang lahir dari skenario orang lain terkadang tidak bertahan lama, karena kita hanya mengikuti perintah saja, tidak benar-benar menunjukkan bakat secara profesional.
Agatha memulai malam ini dengan sempurna, tepuk tangan penonton membahana di dalam ruangan yang ukurannya sama besar dengan lapangan sepak bola di daerahnya. Gedung konser itu sangat besar dan kursi penonton sudah terisi penuh, hanya untuk melihat pertarungan gadis miskin dan putri kaya di jagat tanah para pelakon seni dunia, Italia.
Suasana kembali hening saat Agatha memulai nada pertamanya, lagu Parla Piu yang dinyanyikannya membuat penonton di rumah merinding menyaksikan penampilan Agatha. Kebanyakan mereka yang mengagumi Agatha adalah kelompok masyarakat ekonomi menengah ke bawah. Mereka mengagumi Agatha karena bagi kaum minoritas ini orang miskin hampir tidak pernah punya mimpi. Mereka hanya hidup untuk menunggu kematian saja, beruntung Agatha masih bisa keluar dari doktrin itu.
Agatha mulai merasakan semangat kemenangan, di tengah lagu dia kembali memainkan nada tinggi suaranya untuk memukau penonton. Suara sopran yang dimiliki Agatha begitu serasi dengan lagi Parla Piu yang dinyanyikannya. Dia pikir seisi ruangan akan memuji penampilannya, padahal sebaliknya. Kursi penonton itu hanya di isi kalangan "atas" Orang-orang Itali, kalangan yang sangat menghargai seni dengan cara yang elegan, mereka tidak mudah percaya dengan cerita gadis miskin atau gadis buruk rupa yang berhasil meraih mimpi. Bagi mereka orang-orang dari kalangan bawah ini hanya pekerja keras, bukan penikmat seni. Apa yang diketahui orang miskin soal musik orkestra? Makan saja mereka kesulitan apalagi sekadar membeli kaset orkestra yang mahal itu? Bagi orang miskin itu hobi yang konyol.
"Kau lihatlah bagaimana bebek kampung itu beraksi di panggung mahal ini"? Dia pikir dirinya sudah hebat menyaingi Elizabeth. Suara bisik-bisik di bawah panggung itu terdengar sangat tidak manusiawi. Mereka penikmat seni yang sangat elegan, tapi caci maki mereka tidak kalah elegannya pada orang-orang yang hanya memanfaatkan pengalaman hidup sebagai jalan menuju panggung seni di Itali.
"Hahaha, kau benar aku sudah muak menyaksikan panggung ini yang sebentar lagi berubah jadi panggung drama. Drama orang miskin yang berhasil memenangkan kontes bernyanyi bergengsi di Itali.
"Kalau ingin beramal kita bisa melakukannya dengan badan amal yayasanku, keluarga gadis ini pasti bisa kita bantu. Tapi soal selera seni, tentu aku akan mencemooh gadis ini." Suara wanita yang sedari tadi tidak henti-hentinya menertawakan keberadaan Agatha kini semakin beringas mengomentari Agatha. Wanita tua yang berdandan seperti anak ABG ini lupa kalau dirinya tidak lebih buruk dari Agatha. Selera berpakaiannya buruk sekali untuk ukuran perempuan kelas atas, penampilannya dipaksakan muda padahal usianya sudah 40 an.
Agatha akhirnya berhasil menutup pertunjukan puncaknya malam ini, beberapa orang terlihat berdiri dan bertepuk tangan dengan waktu yang cukup lama. Agatha terharu menyaksikan orang-orang yang terlihat antusias dengan penampilannya. Agatha memenangkan kontes ini, ia yakin akan berdiri sendiri di atas panggung itu untuk menerima penghargaan bergengsi Pemerintah Itali. Kontrak seharga miliaran peso itu akan dimilikinya malam ini juga, dia puas sudah bernyanyi di hadapan pembesar musik Itali, dia akan pulang dengan kepala tegak dan bangga. Agatha sibuk memikirkan bagaimana dirinya bersikap menyambut arak-arahkan orang di kampungnya. Agatha takut anak-anak kecil akan menarik gaun cantiknya dan akhirnya rusak. Tidak, Agatha akan mengganti pakaiannya dulu, setelah itu baru dia kembali ke rumahnya, menyambut pesta orang-orang kampung.
Setelah Agatha puas menyaksikan tepuk tangan membahana itu, kini giliran Elizabeth yang bernyanyi. Lampu sorot kini berpindah sangat cepat dan segera menyoroti langkah Elizabeth memasuki bagian tengah panggung. Seketika seisi ruangan tiba-tiba hening, padahal Elizabeth belum bernyanyi. Keanggunan Elizabeth dan penampilannya malam itu sangat memukau, inilah gadis berselera tinggi. Dia mewakili calon pekerja seni yang berkelas, tidak perlu bersusah payah untuk memoles gadis ini, dia sudah punya segalanya.
"Oh tidak, kau jangan mencuri perhatian mereka Eli, aku tidak akan memaafkannya jika dia memenangkan pertandingan malam ini." Agatha mulai khawatir dengan penonton yang tiba-tiba saja memutar haluan mengagumi Elizabeth. Belum lama tepuk tangan membahana itu diberikan pada dirinya, kini antusias penonton dan tatapan kekaguman itu dikuasai Elizabeth. Agatha semakin tidak berdaya, apalagi setelah Elizabeth menutup lagunya, semua orang tidak hanya bertepuk tangan.
Sikap tubuh para juri yang membungkukkan badan yang bermakna perngormatan itu adalah hal yang sangat fenomenal di tengah pertunjukan malam puncak ini. Artinya juri merasa sangat bangga, bisa disuguhi penampilan mahal dan cantik dari seorang kontestan. Agatha semakin frustrasi, mimpi indahnya pulang dan disambut meriah kini pupus sudah. Wartawan hiburan itu kini lebih banyak yang bersiap-siap disisi panggung milik Elizabeth.
Pengumuman pemenang akhirnya segera diumumkan, Agatha sedikit memberi kekuatan pada dirinya sendiri. Kau harus kuat Agatha, ini adalah permulaan untuk mimpi besarmu. "Elizabeth hanya bagian kecil yang akan mendramatisir kemenanganku malam ini. Aku pasti menang, dan wartawan ini akan kembali mengelilingiku. Aku tidak akan menjawab pertanyaan sesuai harapan mereka, aku akan menjawab sesuai keinginanku. Aku yang berkuasa atas diriku sendiri."
Dan akhirnya juri memutuskan bahwa kontrak miliaran itu kini dimenangkan oleh Elizabeth, tepuk tangan semakin meriah dan wartawan tidak henti-hentinya melancarkan kutipan kamera ke arah Eli. Agatha terkejut mendengar pengumuman malam itu, tubuhnya kaku dan tidak bisa digerakkan. Dia merasa ada di tempat yang asing, dia ingin mencari pijakan tapi pijakan itu tidak ada, sebentar lagi tubuhnya pingsan di panggung ini.
Tidak, aku tidak boleh pingsan, aku tidak mau jatuh di panggung ini, tidak ada yang peduli denganku malam ini. Aku benci mereka semua, terutama kau Eli, kau merampas mimpiku, aku tidak akan memaafkanmu. Agatha berjalan lunglai menuju belakang panggung, dirinya tak kuasa membayangkan. Cemoohan orang-orang dikampungnya yang akan menertawakan langkah besarnya. Benar kata mereka aku hanya pelengkap drama dalam kontes ini, dari awal kontes ini sudah dimenangkan Elizabeth.
Aku "dipelihara" untuk menyempurnakan penampilan Elizabeth. Mereka orang-orang kaya itu ingin menonton pertunjukan seru selain musik, mereka menikmati perjuangan keras orang miskin sepertiku yang ingin meraih mimpi kontrak rekaman seharg miliaran, ketika aku gagal mereka semua tertawa senang, mendapat lelucon paling menyenangkan. Mereka tidak akan berhenti menertawakanku, aku akan dibincangkan hingga di jamuan makan malam mereka.
Dalam perjalanan pulang, Agatha menyusuri gang kecil di kampungnya, sesekali dia menengok kanan kiri. Dia tidak ingin ada yang menyadari kehadirannya malam ini di rumah ayah angkatnya, Thomas. Agatha lelah dengan semua perjalanan yang telah dilaluinya, Agatha hanya ingin memeluk Thomas dan menangis di pangkuannya.
Agatha tidak tahu kalau Thomas sudah tiada, malam ini adalah mimpi buruk terhebat dalam hidup Agatha. Dari luar sebuah warung bir, Channel tv pemilik Warung ini masih menyiarkan acara kontes musik yang barusan diikuti Agatha. Di sana terlihat Elizabeth sedang diwawancara dengan wartawan, dan tiba-tiba Agatha berhenti. Namanya disebut oleh Elizabeth, dan Agatha kembali menyaksikan kekaguman orang-orang di Warung bir itu.
"Kontrak ini akan kuberikan pada Agatha, dia penyanyi hebat dan aku tidak keberatan jika suatu saat akan berkolaborasi dengannya." Senyum yang dibuat-buat Elizabeth menghiasi ucapannya barusan, dan tiba-tiba saja gadis berjaket merah yang namanya disebut-sebut Elizabeth melemparkan batu ke arah TV di Warung tersebut seraya berteriak kencang "Si cagna! Non ti credo!”
Agatha berlalu begitu saja, tidak peduli dengan keheranan orang-orang di dalam Warung itu, dia justru merasakan kemenangan yang sesungguhnya malam ini, karena berhasil melempar mulut-mulut pembual seperti Elizabeth si perempuan kalangan atas.
*Dasar jalang! Aku tidak percaya!
----------
Ilustrasi: Wallcovert.com.
*
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H