Foto sosok Rigih
( Sumber: Dinas Perpustakaan Daerah Banyumas)
Pria yang bertubuh kurus dengan model potongan rambut cepaknya ini, sebelumnya pernah menjalani kehidupan di Kecamatan Tambak Banyumas. Lalu, ia sekarang pindah menjadi warga Desa Susukan Purwokerto. Jatuh bangun ia lakukan demi menjaga senyum anak-anak di Desa Susukan yang kelak nantinya menjadi bingkai penerus bangsa. Lelah dan keringat menetes di tubuh bukan menjadi halangan Rigih ketika ia sebelumnya, menjadi pendiri jurnalis desa. Perjalanan Rigih menjadi pionir terbentuknya jurnalis desa di tahun 2017. Tetapi, takdir berkata lain, jurnalis desa yang ia bangun tidak bertahan lama kini tinggal menjadi kenangan bagi dirinya dan Desa Susukan di Purwokerto.Â
Padahal, semangat dia sebelumnya membara karena ia berharap mampu menggali potensi yang nantinya pasti bermanfaat untuk banyak orang. Tetapi, semangatnya tidak pernah gelap, membuat dirinya memantapkan untuk membuka kembali pintu keberkahan yang sebelumnya tutup. Melalui Taman Baca yang menyatu dengan tempat dimana ia berlindung dari teriknya panas matahari dan tetesan air hujan bersama keluarganya bukan di tempat terpisah seperti sebelumnya.
" paling 10 sampai 15 orang mas tidak seperti dulu lumayan cukup banyak kita awalnya memang membuka les gratis bahasa inggris dan matematika untuk anak SD kita awalnya melihat banyak yang tertarik untuk datang kesini belajar tapi kita masih kekurangan bahan bacaan dan waktu itu juga kita hanya punya koleksi pribadi untuk anak-anak saya sendiri tetapi saya melihat banyak anak-anak lain datang kesini aku juga jadi berpikir bagaimana agar anak-anak juga jadi merasakan manfaat dari membaca dari sini saya mantap kembali buka lagi Taman Baca di awal tahun 2024 yaitu bulan februari yang sebelumnya sempat tutup." ucap rigih
Ide cerdasnya untuk membuat Desa Susukan semakin menyala dengan tidak hanya dari warna-warni potensi alamnya saja namun, taman baca ini juga, menyimpan perjuangan dibaliknya, pernah tak menetap seperti saat ini yang sebelumnya berada di pendopo balai Desa Susukan. Kemudian, berpindah ke Taman Lazuardi hingga redup sejenak. Tekad yang kuat memantapkan diri menyatukan Taman Baca dengan tempat ia berteduh dari teriknya matahari dan tetesan air hujan dari sang pencipta. Â
                                          Â
Rigih juga berkataÂ
Beri Komentar
Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!