Mohon tunggu...
Aditia Murti
Aditia Murti Mohon Tunggu... pelajar/mahasiswa -

mahasiswi kurang kerjaan tukang ngayal, ngakunya penulis (yg lebih sering ga punya ide nulis)

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Raya : Penasehat Hati

8 November 2013   00:54 Diperbarui: 24 Juni 2015   05:27 72
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Lucu, saat semua orang di sekitar meneriakkan perasaan cinta mereka pada pasangan, lisan maupun bahasa tubuh, tetap saja aku menjadi penonton. Berdiri di satu titik, diam, menjadi penampung cerita dan pemberi saran, tapi tak mengalami. Turut tersenyum bahkan tertawa mendengarkan romantisme konyol mereka. Berusaha selalu bisa memberi masukan dari berbagai sudut pandang agar mereka dapat mengambil keputusan dengan adil. Bila ada pasangan yang berhasil berbaikan, aku menunjukkan wajah turut senang mendengarnya. Yah, setidaknya bullshit yang kulontarkan ada gunanya untuk pasangan lain. Walaupun tak bisa kuterapkan untuk kehidupanku sendiri.

Tapi sungguh mati, aku iri! Iri sekali melihat wajah-wajah cerah berbahagia dari sepasang kekasih yang baru saja kurukunkan. Iri sekali melihat tatapan penuh cinta yang dilayangkan satu sama lain. Tak jarang pula terbersit dalam benak, yakinkah kalian akan bersatu selamanya? Akankah tatapan dan candaan khas kalian saat ini terlontar lagi setelah sekian tahun kalian bersama? Atau akan berubah dan meledak penuh kemarahan, cemburu, sakit hati dan entah apa lagi yang berakhiran "Kita memang udah nggak sejalan"?

Hahahahaha... Kalau mau dipikir, untuk apa pula aku pikirkan masalah kalian? Dan yang paling utama, sadarkah kalian bahwa penasehat cinta kalian ini seorang yang bahkan tidak bisa mempraktekkan apa yang dia nasehatkan? Tak pernahkah kalian menggunakan logika sedikit saja, mencari nasehat pada yang telah benar-benar bahagia dengan pilihan hatinya, yang bisa pula membagi pengalaman dan tips agar seperti mereka?

Selamat tinggal, para pelaku romantisme konyol sialan! Kulepaskan jabatanku sebagai penasehat kalian, kukejar bahagiaku sendiri. Setidaknya aku takkan tersiksa melihat pameran cinta, cemburu, marah-marah, ataupun kebusukan romansa lainnya dari kalian. Muak juga lama-lama aku melihatnya. Selamat tinggal!

Kutemukan catatan ini di balik plang bertuliskan "Tutup, mengejar bahagia sendiri" yang tertempel di pintu stand Penasehat Hati : Mengatasi Segala Permasalahan Cinta.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun