Mohon tunggu...
Ray Indra T. Wijaya
Ray Indra T. Wijaya Mohon Tunggu... Freelancer - Pejuang Literasi

Studied Business Intelligence | Web Developer | Pencinta Humanisme dan Teknologi

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

5 Hal Yang Musti Diubah dari Pola Pikir Orang Indonesia

22 Desember 2016   13:59 Diperbarui: 22 Desember 2016   15:46 1249
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi Pungli via situs tangselpos

Pola pikir di Indonesia itu sangat beragam, karena Indonesia itu memiliki perbedaan yang beragam pula dari mulai suku, bahasa, agama, budaya hingga kebiasaan. Maka terciptalah yang namanya Bhineka Tungga Ika, sebuah semboyan yang berarti berbeda-beda tetapi tetap satu. Mohon maaf jika di sini saya akan membahas tentang SARA, namun dengan tujuan baik dan juga positif. Dari keragaman tersebut, tercipta sebuah keindahan tersendiri dan unik yang dimiliki oleh bangsa kita. Walaupun begitu, ada saja beberapa oknum yang ingin merusak keindahan tersebut dengan pola pikir mereka yang salah. Di sini saya tidak menyamakaratakan semua orang Indonesia itu pola pikirnya salah, tetapi ini hanya untuk beberapa oknum yang pola pikirnya agak sedikit nyeleneh. Berikut 5 hal yang musti diubah dari pola pikir orang Indonesia:

1. Rasis

Oiya, perkenalkan terlebih dahulu nama saya Ray Indra Taufik Wijaya, seorang muslim bersuku Sunda. Kalau kamu? Okay, kita lanjutkan ke pembahasan mengenai rasis ini. Rasis di sini adalah seseorang yang memiliki pola pikir yang merasa bahwa suku, ras, agamanyalah yang paling superior dibandingkan dengan yang lainnya. Pola pikir ini sangat berbahaya bagi kebhinekaan tunggal ika bangsa kita, namun masih saja ada orang memiliki pola pikir seperti ini. Bahkan ada beberapa orangtua yang sudah menanamkan pola pikir ini kepada anak-anaknya sejak dini, semisal "Nak, kamu nanti tidak boleh menikah dengan suku C karena bakal berdampak...." atau "Nak, jangan berteman dengan orang beragama A karena mereka itu....", dsb. Itu sangat mengerikan, jika anak-anak yang masih polos diajarkan hal seperti itu. Contoh sederhana lainnya adalah ketika saya menonton film World War Z di bioskop beberapa tahun yang lalu, ketika ada scene seorang zombie berkulit hitam yang terkurung dalam sebuah ruangan. Hampir semua orang penonton tertawa melihatnya, apa ada yang salah dengan scene tersebut? Tidak ada yang lucu sama sekali. Apa karena dia berkulit hitam, jadi penonton malah menertawakannya? Entahlah. Tapi nyatanya, lihat saja ketika ada orang asing berkulit hitam di jalanan. Masih saja banyak orang yang melihatnya dengan tatapan aneh (saya yakin orang asing tersebut risih). Dan lebih anehnya lagi, ada sebagain orang yang merasa takut jika seandainya suatu hari nanti negara ini dikuasai oleh suku/ras tertentu (sebutlah WNI keturunan Tionghoa), mereka itu sama-sama Warga Negara Indonesia. Ada alasan tertentu kenapa sebagain orang takut akan hal itu, mereka beranggapan bahwa ekonomi bangsa kita hingga pengusaha-pengusaha di Indonesia saat ini dikuasai/didominasi oleh WNI keturunan Tionghoa. Saya mohon ubah pola pikir tersebut, mereka tetap WNI namun berbedanya mereka berasal dari nenek moyang keturunan Tionghoa. Mereka bisa seperti itu karena mereka berusaha dan bekerja keras hingga mencapai kesuksesan seperti saat ini (harusnya kita belajar dari mereka). Hanya karena mereka berbeda warna kulit, mata sipit atau beda agama, bukan berarti kita harus mendiskriminasikan mereka dengan cara-cara seperti yang disebutkan di atas. Perbedaan itu indah, bukan?

2. Membuang Sampah

Hal yang paling saya benci (bukan orangnya, tapi sifatnya) adalah melihat orang dengan sadar dan dengan sengaja membuang sampah sembarangan. Membuang sampah pada tempatnya adalah sesuatu yang amat dasar, sesuatu yang sudah diajarkan semenjak kita kecil, lewat petuah orangtua, di sekolah dalam mata pelajaran Kewarganegaraan, Agama (kebersihan adalah sebagain dari iman), dll. Namun masih saja banyak orang yang membuang sampah sembarangan. Banyak alasan kenapa mereka melakukan hal tersebut, di antaranya adalah karena lebih mudah, tidak ada tempat sampah terdekat (simpan di tas/kantong celanamu dulu hingga menemukan tempat sampah), atau hal klasik lainnya seperti malas, dll. Lebih parahnya lagi, ada kebiasaan orang-orang Indonesia yang membuang sampah di pinggir jalan, di kolong meja kelas hingga membuang sampah ke sungai. Itu sungguh kebiasaan yang sangat buruk. Saya mohon ubah pola pikir bahwa membuang sampah sembarangan itu adalah sesuatu yang lumrah, pikirkan kembali dampak buruk ke depannya. Banyak hal yang akan terjadi jika kita terus memelihara pola pikir tersebut, akan ada banyak tumpukan sampah di daerahmu yang menimbulkan bau yang tak sedap, daerahmu menjadi terlihat kotor/kumuh, munculnya berbagai penyakit atau terjadi bencana banjir yang terjadi setiap tahunnya di kala musim hujan tiba. Ubah pola pikir membuang sampah sembarangan adalah hal biasa. Mari kita jaga Indonesia tetap bersih dengan membuang sampah pada tempatnya.

3. Mengantri

Pola pikir selanjutnya yang harus diubah adalah soal mengantri. Orang Indonesia adalah orang yang kurang disiplin dalam hal mengantri, lihat saja di tempat-tempat publik seperti stasiun, terminal, bandara atau tempat pembayaran/kasir. Kita sudah terbiasa melihat pemandangan seperti kerumunan orang-orang yang tidak teratur dalam hal mengantri, mengular ke mana-mana dan saling berdesa-desakkan, sekalipun sudah disediakan tempat khusus untuk mengantri. Apa yang sebenarnya terjadi dengan mereka? Mungkin mereka takut kehabisan karcis/tiket (semisal saat hari raya/liburan panjang), ingin cepat dan tak mau berlama-lama (tak sabaran) dan berbagai alasan lainnya. Apakah Anda pernah melihat berita tentang orang-orang yang berdesakan saat pembagian BLT/sembako murah yang berujung rusuh sehingga memakan banyak korban luka-luka? Itu sungguh sangat disayangkan. Mari kita tanamkan sejak dini pola pikir untuk berdisiplin dalam mengantri. Mengantri itu adalah sesuatu yang mudah dan sederhana, kita hanya tinggal berbaris teratur dan menunggu giliran. Intinya, kita musti belajar untuk disiplin dan bersabar.

4. Brand

Mari kita membicarakan perihal brand (merk), orang Indonesia mungkin termasuk orang-orang yang melihat sesuatu dari brand-nya. Bisa karena gengsi, lifestyle atau manfaat yang didapat dari barang itu sendiri. Sebutlah merk-merk terkenal seperti Rolex Submariner, Luis Vuitton, Rip Curl, Rocky Mountain, Nike, Apple, dll. Bukan berarti saya melarang Anda untuk membeli merk-merk terkenal tersebut, tak apa-apalah sekali dua kali membeli merk tersier tersebut. Namun, setidaknya Anda pun bersedia untuk mengeluarkan uang demi membeli barang-barang lokal yang tak kalah berkualitasnya, seperti LIMA, Bagteria, Peter Says Denim, Polygon, Batik Keris, Brodo Footwear, Buccheri, Maspion, dan merk-merk lokal lainnya yang tak kalah bersaing dengan merk-merk luar. Oiya, jangan lupa untuk senantiasa membeli barang-barang yang original yaa. Membeli barang palsu atau abal-abal sama saja 'membunuh' para kreator kita. Membeli barang asli adalah suatu bentuk apresiasi dan dukungan kita terhadap pengusaha-pengusaha dan pengerajin lokal yang di Indonesia. Ayo, cintai produk-produk Indonesia!

5. Pungli

Nah, yang terakhir ini adalah salah satu budaya yang sudah mengakar di Indonesia. Beruntunglah, sekarang sudah ada yang namanya SABER PUNGLI. Pungli ini sudah ada sejak lama dan tidak hanya dilakukan di instansi pemerintahan saja, namun sudah merambah ke tempat-tempat lainnya. Perihal pungli ini ada yang pro dan kontra, alasan yang pro karena dengan adanya pungli ini bagi PNS nakal bisa menambah pundi-pundi penghasilan, lain pula dengan warga yang menyatakan dengan adanya pungli ini bisa mempercepat proses pembuatan suatu hal (semisal pembuatan eKTP, paspor, perizinan, dll). Uniknya lagi, pungli ini pun sudah masuk ke ranah pendidikan. Ada istilah ketika orangtua 'menitipkan' anaknya pada suatu sekolah (biasanya sekolah negeri populer, sekolah yang menerapkan standar tinggi, terdapat tes tertulis/wawancara, dll), dengan memberikan suatu 'biaya' lebih agar anaknya dipermudah untuk masuk ke sekolah tersebut. Meskipun terdapat pro dan kontra, pungli ini pun jelas sangat merugikan masyarakat Indonesia. Pola pikir untuk 'memberi' atau 'menerima' yang bukan pada tempatnya harus kita basmi, yaitu dengan cara melaporkannya ke SABER PUNGLI atau minimal Anda bisa berlaku disiplin, jujur dan menaati peraturan yang ada. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun