Mohon tunggu...
Rawi Wahyudiono
Rawi Wahyudiono Mohon Tunggu... Wiraswasta - Lebih dari 25 tahun pengalaman di dunia Information Technology
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Hobby travelling, bertualang, bermusik sambil jualan server (HP, Dell, IBM), ERP Odoo, Storage, Networking, system mesin antrian http://rawiwahyudiono.blogspot.com

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Artikel Utama

Pelajaran Berkomitmen dari Pengamen di Bekasi Timur

6 Oktober 2010   05:44 Diperbarui: 26 Juni 2015   12:41 346
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

wajah-wajah lugu murid SD sewaktu acara nonton vcd bareng-bareng

Beberapa hari yang lalu saya berkunjung ke sebuah sekolah di daerah Tambun Bekasi Timur. Sekolah ini mempunyai murid sekitar 200-an anak sekolah dari TK sampai kelas 6 SD. Berdasarkan informasi yang saya dapat dari masyarakat sekitar dan pemilik sekolah, sekolah ini termasuk sekolah favorit. Banyak murid dari tempat yang jauh datang kesitu khusus untuk sekolah. Lulusan TK di sekolah ini dijamin sudah bisa membaca huruf latin dan pelajaran agama diterapkan secara mendalam. Tetapi dibalik semua keberhasilan ini ada tersimpan sebuah kisah yang memilukan.Jangan bayangkan sekolah ini adalah sebuah sekolah dengan fasilitas lengkap yang berdiri diatas tanah ratusan meter. Jangan bayangkan banyaknya jumlah mobil pengantar di waktu pagi hari. Sekolah ini hanya berdiri di atas lahan seluas 60m2 di tengah-tengah gang sempit dan becek. Kelas-kelasnya hanyalah 3 unit kamar kost yang berfungsi juga sebagai rumah tinggal.  Setiap hari semua kamar ini penuh dengan murid dari jam 8 pagi sampai jam 9 malam dan setelah itu kamar disulap menjadi kamar tidur dengan kasur tipis sebagai alas penghangat tubuh. Jika hujan turun, ember tersedia dimana-mana untuk menampung air yang bocor. Pintu “kelas” dalam kondisi sudah sangat rapuh dan harus ekstra hati-hati untuk membukanya jika tidak ingin pintunya jebol.

inilah tempat yang dinamakan "sekolah", kalau siang terasa pengap dan kalau hujan jalanan becek dan banjir

Sekolah ini semua muridnya adalah kaum miskin yang terpinggirkan dan kalaupun ada yang “kaya” itupun dengan pekerjaan sebagai buruh pabrik kontrak yang untuk makan saja mereka masih harus berhutang. Biaya bulanan dibayar seikhlasnya tetapi sangat sering pemasukan tidak mencukupi karena tidak ada yang bisa bayar SPP. Baru-baru ini ada sebuah “kemewahan” yang berdiri di sudut “kelas” yang sudah lama dinanti-nantikan oleh semua murid yaitu sebuah perpustakaan kecil.

nonton vcd, minuman gelas dan snack sebagai hiburan "mewah" untuk sejenak menghilangkan kepenatan

Perpustakaan ini hasil sumbangan dari teman-teman pak toni yang di koordinir oleh seorang gadis manis penuh enerjik yang berkomitmen untuk me-mintarkan masyarakat Indonesia melalui sebuah wadah yang bernama SEBUAI – Sejuta Buku Untuk Anak Indonesia Pemilik sekolah HEBAT ini adalah SEORANG PENGAMEN JALANAN yang dengan ikhlas dan berkomitmen tinggi berusaha selalu memberikan yang terbaik buat anak didiknya walaupun beliau sendiri juga sangat kekurangan. Pendapatan ngamen seharian (paling banter dapat 50.000) masih harus disisihkan untuk biaya operasional sekolah dan sisanya di belikan nasi & lauk untuk makan malam sekeluarga di rumah yang sangat ditunggu-tunggu kepulangannya setiap malam. Dari beberapa kali pertemuan, ada pelajaran berharga yang saya dapatkan dari pak toni, si pengamen jalanan pemilik sekolah ini yaitu sifat ikhlas membantu sesama dan komitmen tinggi untuk memajukan sekolah.

Pak Toni, pengamen jalanan pemilik sekolah dan istri sekaligus ibu guru, ibu omah yang selalu ceria

Pak toni sampai rela mengorbankan “harta” yang tidak seberapa untuk kemajuan anak didiknya. Rela membagi pendapatan harian untuk anak didik dan rela mengorbankan waktunya demi kemajuan orang lain. Bandingkan dengan kita (termasuk saya pribadi) yang masih saja menghitung untung rugi dalam bertindak padahal sudah jelas-jelas di sebutkan dalam kitab suci agama manapun bahwa jika kita berkorban dengan ikhlas maka Yang Maha Kuasa akan menggantikan dengan yang lebih baik. Banyak diantara kita (termasuk saya pribadi) yang masih saja mencari pembenaran hanya untuk kenikmatan pribadi dibandingkan dengan mengorbankan sedikit waktunya untuk kemajuan orang lain. Semoga ada banyak muncul Toni-Toni lainnya di sekitar kita, amin….. Salam sukses dunia akherat,

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun