Franciscus Xaverius Seda atau biasa dikenal dengan France Seda, lahir pada tanggal 4 Oktober 1926 di Maumere, Pulau Flores, Nusa Tenggara Timur. Beliau meninggal dunia pada tanggal 31 Desember 2009 pada usia 83 tahun. Beliau menempuh pendidikan di Xaverius Mentilan College dan HBS (Hollandsche Burgerschool) di Surabaya. Beliau memperoleh gelar sarjana ekonomi dari Katholike Ekonomische Hogeskool di Tilburg, Belanda (1956).
Drs. Franciscus Xaverius Seda adalah seorang politikus, pendeta, pemimpin gereja, pengamat politik, dan pengusaha Indonesia.
Beliau merupakan sosok yang cocok di jadikan inspirasi, itu karena  Frans Seda adalah seorang legenda di dunia bisnis. Kontribusi Frans Seda bagi Indonesia sangat besar. Saat itu, pada tahun 1965 hingga 1966, Indonesia sedang mengalami krisis mata uang, dan tingkat inflasi melonjak hingga 650%. Nilai tukar Rupiah terhadap dolar AS yang semula hanya Rp 5.100,00 kini berada di level Rp 50.000,00. Frans Seda menggunakan keahliannya untuk menyelamatkan Indonesia dari kehancuran.
Untuk menekan laju inflasi, Frans Seda memperkenalkan strategi anggaran yang menyeimbangkan pendapatan dan pengeluaran. Selain berhasil menurunkan angka inflasi hingga  112%, France-Seda mampu mengembalikan kepercayaan dunia dengan mendaftarkan Indonesia menjadi anggota IMF (Dana Moneter Internasional) dan Bank Dunia. Tak heran, Frans Seda pernah menjadi penasihat ekonomi lima presiden semasa hidupnya, mulai dari Soekarno hingga Megawati Soekarnoputri.
Di bidang pendidikan, beliau merupakan pendiri dan perintis Yayasan Atma Jaya dan Universitas Katolik  Atma Jaya Indonesia (Unica Atma Jaya), serta tercatat sebagai Dekan Ilmu Ekonomi pertama di Universitas Katolik  Atma Jaya Indonesia. (1961-1964) Juga Perdana Menteri pertama  Atma Jaya Unika. Beliau kemudian menjabat sebagai Ketua  Yayasan Atma Jaya (1962-1996), kemudian menjadi Ketua Kehormatan Yayasan Atma Jaya, dan dilanjutkan menjadi Ketua Yayasan Atma Jaya. Frans Seda  juga pernah menjadi penasihat Asosiasi Perguruan Tinggi Katolik (APTIK) dan Ketua Yayasan Pengembangan Manajemen Pendidikan  (PPM).
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H