Pernahkah anda membaca berita soal penembakan massal yang sedang marak-maraknya terjadi di Amerika Serikat? Perdagangan senjata api adalah perpindahan senjata api dari arus perdagangan legal ke ilegal dan terjadi baik di dalam negara bagian maupun lintas negara bagian. Amandemen Kedua Konstitusi AS memberikan warga Amerika hak untuk memiliki senjata. Mulai tahun 2022, hampir semua negara bagian AS mengizinkan pembelian senjata api baik tanpa izin maupun dengan izin/lisensi. Undang-undang federal tidak membatasi jumlah senjata yang dapat dibeli seseorang dalam jangka waktu tertentu.
Kejahatan transnasional terorganisir merupakan kejahatan yang low risk-high profit. Kejahatan perdagangan senjata ilegal biasanya dilakukan melalui pasar gelap atau ilegal yang beroperasi di negara-negara dimana para pedagang senjata tidak dapat diekstradisi, seperti di Afrika dan negara-negara bekas Uni Soviet. Senjata dialihkan ke pasar senjata ilegal dengan tiga cara umum: straw purchases, penjualan sekunder melalui penjual swasta dan pencurian dari pemilik senjata individu atau dealer senjata api. Straw purchases dianggap sebagai orang palsu karena dia berpura-pura menjadi orang sebenarnya yang akan menggunakan barang atau jasa yang dibeli. Straw purchases terjadi ketika pembeli senjata api yang sebenarnya menyewa/menggunakan orang lain untuk mengurus dokumen dan membeli senjata api atas nama mereka. Mereka menggunakan orang lain karena mereka tidak akan lulus pemeriksaan latar belakang karena kejahatan, tuduhan kekerasan dalam rumah tangga atau pelanggaran lain yang mendiskualifikasi mereka dari kepemilikan senjata. Â
Dengan mengaktifkan kejahatan terorganisir dan pasar kriminal secara lebih umum, perdagangan senjata ilegal merupakan ancaman serius bagi ketahanan masyarakat dan demokrasi. Perdagangan senjata saling terkait dengan perdagangan manusia dan penyelundupan narkoba, serta perdagangan gelap sumber daya tak terbarukan.
Pemindahan senjata yang tidak bertanggung jawab dapat mengacaukan seluruh wilayah, memungkinkan pelanggaran embargo senjata, dan berkontribusi pada pelanggaran hak asasi manusia serta menyebabkan pembangunan terganggu di negara-negara yang mengalami konflik dan tingkat kekerasan yang tinggi.
Kasus penembakan di AS; Serangan di University of Virginia (UVA) termasuk di antara lebih dari 620 penembakan massal tahun lalu di AS termasuk bulan November 2022 di toko kelontong Virginia dan klub LGBTQ di Colorado. Salah satu dari lebih dari 75 penembakan di kampus/sekolah pada 2022, menurut penghitungan oleh CNN dan Arsip Kekerasan Senjata; penembakan massal melibatkan setidaknya empat orang terluka, tidak termasuk penembaknya. Tersangka dalam penembakan Universitas Virginia, mantan atlet football UVA Christopher Darnell Jones Jr., menghadapi tiga dakwaan pembunuhan tingkat dua dan tiga dakwaan menggunakan senjata api saat melakukan kejahatan, kata pihak berwenang. Jones juga menghadapi dua tuduhan melukai, masing-masing disertai dengan tuduhan senjata api. Selain itu, kasus penembakan 10 orang ditembak mati di sebuah supermarket Buffalo di New York pada 14 Mei 2022 dalam penembakan massal yang mengerikan yang dengan cepat disebut sebagai "kejahatan murni" dan bermotif rasial.
Dari 13 orang yang ditembak, 11 berkulit hitam dan dua berkulit putih. Semua 10 korban yang terbunuh adalah orang kulit hitam, kata Jaksa Wilayah Kabupaten Erie John J. Flynn Jr. Sedangkan tersangka berkulit putih. Pembunuhan tersebut telah diselidiki sebagai kejahatan kebencian rasis. Tertuduh bersenjata, Payton S. Gendron, mengaku bersalah atas 15 dakwaan di Mahkamah Agung Negara Bagian di Buffalo pada 28 November 2022. Dia dijatuhi hukuman penjara seumur hidup tanpa pembebasan bersyarat pada 15 Februari 2023. Penembakan tersebut merupakan yang terburuk di sejarah Buffalo.
Penulis beropini bahwa kepemilikian senjata yang legal di Amerika Serikat memiliki dampak signifikan pada peningkatan kekerasan yang banyak merenggut nyawa warga tak bersalah. Individu sebaiknya tidak sembarang diperbolehkan membawa senjata karena meningkatkan kejahatan dan kekerasan di masyarakat. Masih menjadi perdebatan bahwa penggunaan senjata disarankan untuk dilarang karena merupakan akar penyebab tingginya tingkat kejahatan dan kekerasan. Alangkah lebih baik apabila Pemerintah AS meninjau dan mengevaluasi lebih lanjut terkait masalah nasional tersebut. Meningkatkan pengawasan domestik dan internasional terhadap undang-undang senjata yang relatif longgar dan memberikan tekanan pada anggota parlemen untuk memberlakukan reformasi yang signifikan menjadi tugas penting negara adidaya tersebut.Â
Perdebatan tentang guns control di Amerika Serikat telah meningkat dan menyusut selama bertahun-tahun, dipicu oleh meningkatnya penembakan massal di lingkungan sipil. Kekerasan senjata adalah penyebab utama kematian anak-anak dan remaja di Amerika Serikat. Terlebih ketersediaan amunisi dan senjata api telah memicu diskusi nasional setelah beberapa penembakan massal terhadap anak sekolah, yang terakhir di Uvalde, Texas. Namun, Kongres berulang kali tidak dapat meloloskan undang-undang senjata yang berarti setelah tragedi ini meskipun ada dukungan publik yang luas untuk pembatasan baru terhadap kepemilikan senjata.
Beberapa tahun terakhir telah terjadi beberapa kekerasan senjata terburuk dalam sejarah AS. Pada tahun 2021, senjata menewaskan lebih dari empat puluh lima ribu orang Amerika, jumlah korban tertinggi dalam beberapa dekade. Banyak pendukung kontrol senjata mengatakan Amerika Serikat harus melihat pengalaman rekan-rekan negara demokrasi yang kaya telah melembagakan pembatasan yang lebih ketat untuk mengekang kekerasan senjata.
Strategi Keamanan Internasional
Dosen Pengampu: Nur Aslamiah Supli, BIAM., M.Sc
Nama: Ravinka Shaula Prameswari Putri