Mohon tunggu...
Dr. Ravinjay Kuckreja
Dr. Ravinjay Kuckreja Mohon Tunggu... Dosen - Dosen dan Filsuf

Dr. Ravinjay Kuckreja adalah dosen Ilmu Agama dengan fokus pada Hinduisme, Kebudayaan Bali, filsafat Vedānta dan Antropologi.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Apakah Agama Hindu Menganut Politeisme?

22 Juni 2024   15:06 Diperbarui: 22 Juni 2024   15:12 24
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kitab suci Hindu, Weda, mengakui adanya banyak dewata/Pinterest Suresh Dhawan

Politeisme adalah bentuk kepercayaan yang mengakui adanya lebih dari satu Tuhan atau yang menyembah beberapa dewa. Para dewa politeisme sering digambarkan sebagai tokoh yang kompleks dengan status yang lebih besar atau lebih kecil, dengan keterampilan individu, kebutuhan, keinginan, dan latar belakang. Walaupun mereka  mirip dengan manusia (antropomorfik), mereka masing-masing memiliki kekuatan dan kemampuan dahsyat. Walaupun ada 33 dewa dalam Weda, teologi Weda lebih tepatnya bukan politeistik karena tidak ada dinamika kehidupan antar-dewa Weda. Misalnya, kita tidak diberikan informasi mengenai keluarganya Indra, ataupun mengenai latar belakangannya Agni. Para dewa-dewi hanya satu per satu dipuja, dan pas saat dipuja, dewanya dianggap sebagai Tuhan yang mutlak, tanpa menyebutkan dewa-dewi yang lain. Jadi walaupun terdapat banyak sosok-sosok divinitas, saat pemujaan kepada dewa/dewi tertentu, beliaulah yang dianggap Tuhan.

Kata Yang Tepat
Indra dalam sebuah pujian disebut sebagai "Penguasa Tunggal Manusia dan Dewa," dan dalam pujian berikutnya Warua dipuji sebagai "Tuhan Yang Maha Esa, Penguasa Alam Semesta." Max Mller, yang merupakan penerjemah Barat pertama dari Weda, mencari istilah yang tepat untuk menggambarkan semangat religius dari pustaka suci ini.  Walaupun terdapat konsep Tuhan yang Esa, ini tidak dapat disebut monoteisme karena adanya sosok yang lain yang juga dipuji sebagai Tuhan yang Esa. Lalu, ini juga tidak dapat disebut  politeisme, karena para dewata Weda berdiri sendiri sebagai Tuhan tanpa adanya interaksi dengan dewata yang lain. Max Mller melihat bahwa istilah-istilah Barat ini tidak sesuai dengan situasi Hindu.

Kathenoteisme
Untuk menggambarkan dewa-dewi dalam agama Hindu, Mller menciptakan kata "kathenoteisme"---penyembahan terhadap satu dewa pada satu waktu. Masing-masing ditinggikan secara bergantian. Masing-masing dipuji sebagai pencipta, sumber, dan pemelihara alam semesta ketika seseorang berdiri di hadapan dewa tersebut. Ada banyak dewa, tetapi banyaknya dewa tidak mengurangi arti penting atau kekuatan salah satu dari mereka.

Sumber
Hawley, J. S., & Narayanan, V. (Eds.). (2006). The Life of Hinduism. University of California Press. http://www.jstor.org/stable/10.1525/j.ctt1pn5pm
Heimann, B. (1947). KATHENOTHEISM AND DNASTUTIS OR KATHENOTHEISM AND ISTA-DEVATS? Annals of the Bhandarkar Oriental Research Institute, 28(1/2), 26--33. http://www.jstor.org/stable/44028043
Shah, H. A. (1935). "VEDIC GODS: I-IV." Annals of the Bhandarkar Oriental Research Institute, 17(2), 97--176. http://www.jstor.org/stable/41688319

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun