Mohon tunggu...
Ravi Husaini
Ravi Husaini Mohon Tunggu... Mahasiswa - Saat ini masih berstatus sebagai seorang mahasiswa

Hobi yang sangat sering saya lakukan yaitu badminton. Selain itu, futsal juga termasuk ke dalam kategori favorit hobi saya

Selanjutnya

Tutup

Bola

1 Oktober 2022

27 Oktober 2022   21:41 Diperbarui: 27 Oktober 2022   21:43 131
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bola. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

1 Oktober 2022 adalah suatu tanggal yang mungkin tidak akan pernah dilupakan oleh masyarakat Indonesia, khususnya untuk kalangan penggemar sepak bola. Dimana di tanggal tersebut lahirnya sebuah tragedi kelam yang disebabkan oleh kebodohan aparat keamanan dan juga rusuhnya penonton bola sehingga memunculkan suatu hal yang dinamakan akibat, yaitu banyaknya nyawa yang telah berpulang kembali kepada Yang MahaKuasa. Selain itu, tragedi kelam ini telah masuk secara otomatis kedalam daftar tragedi kelam sepak bola di seluruh dunia yang menimbulkan tewasnya banyak orang, dengan menempati posisi kedua setelah tragedi kelam di Peru. Tragedi ini telah dikenal oleh banyak orang dengan sebutan “Tragedi Kanjuruhan”.

  Tragedi ini bermula ketika telah usainya pertandingan antara dua tim sepak bola Indonesia, yaitu Arema dan Persebaya. Yang mana kita ketahui, pertandingan ini adalah pertandingan yang pasti akan memunculkan intensitas panas yang kita kenal dengan “Derbi Jawa Timur”. Dimana di dalam pertandingan tersebut, Arema mengalami kekalahan atas Persebaya dengan skor tipis 2-3. Dengan kekalahan ini, membuat banyak penonton dari Arema turun kedalam lapangan yang membuat aparat keamanan harus bekerja 3 kali lipat dari biasanya. Turunnya penonton ke dalam lapangan, kemungkinan disebabkan atas dasar ketidakpuasan penonton Arema terhadap hasil yang didapatkan saat itu. Aparat keamanan pada akhirnya pun turun tangan ke dalam lapangan dengan mengejar keseluruhan penonton yang masuk ke dalam lapangan dan dengan hal itu, membuat penonton Arema berhamburan untuk kembali ke dalam tribun. Setelah kembalinya penonton ke dalam tribun, hal itu tidak membuat dari pihak aparat keamanan mencapai kata “selesai” dalam mencairkan suasana kericuhan. Kebodohan dari aparat keamanan mulai terlihat di dalam hal ini, dimana aparat keamanan menembakkan gas air mata ke arah tribun penonton. Bahkan di dalam aturan FIFA yang ada di dalam pasal 19, menjelaskan bahwa petugas keamanan tidak boleh membawa gas air mata ke dalam stadion untuk mengendalikan penonton. Dengan tidak memikirkan kedepannya, aparat keamanan secara santai dalam menembakkan gas air mata. Dengan penembakan  tersebut, membuat sebagian penonton mencapai dalam tingkatan yang tidak diinginkan ketika menonton suatu pertandingan sepak bola yaitu kepanikan. Bukan hanya dari kalangan remaja yang mendapatkan kepanikan tersebut, melainkan juga terdapat anak kecil dan juga ibu-ibu yang mendapatkan hal mengerikan itu. Bagaimana yang kita tahu begitu bahayanya gas air mata jika terkena kepada seseorang. Kepanikan tersebut membuat banyak penonton yang berhamburan untuk bisa keluar dari stadion tersebut meskipun harus berdesakan. Akibat dengan berdesakan tersebut, banyak penonton yang pingsan akibat kehabisan oksigen, selain itu terdapat juga penonton yang terinjak-injak oleh penonton lainnya yang disebabkan oleh kepanikan tersebut. Kecil dan sempitnya ruang pintu keluar menjadi salah satu penyebab juga banyaknya korban jiwa yang berjatuhan. Selain itu didapatkan juga suatu laporan, jika ada suatu oknum yang menutup dan mengunci pintu keluar 13. Hal itu menyebabkan terhambatnya penonton untuk keluar dari stadion. Di pintu keluar 13, banyak ratusan penonton yang berjatuhan luka dan juga meninggal yang diawali dengan kebodohan aparat keamanan dalam meredamkan kericuhan dan juga kepanikan penonton terhadap penembakan gas air mata yang berasal dari aparat keamanan yang bertugas di dalam stadion pada saat itu. Berdasarkan data dari Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Timur, telah tercatat sebanyak 131 orang tewas dalam tragedi ini.

  Setelah tragedi kelam tersebut. Secara resmi, Persatuan Sepak Bola Seluruh Indonesia atau PSSI mengeluarkan pernyataan untuk pemberhentian sementara Liga 1 BRI Indonesia selama kurang lebih 1 minggu. Selain itu, banyak masyarakat yang beranggapan jika ajang sepak bola di Indonesia akan terkubur dan tidak pernah ada lagi. Namun, suatu keberuntungan untuk sepak bola Indonesia dikarenakan secara mengejutkan Presiden FIFA yaitu Gianni Infantino mengatakan jika pihak dari FIFA akan memberikan panduan dan juga pengarahan terutamanya untuk perbaikan sistem persepakbolaan di Indonesia dari segi pengamanannya. Selain itu, FIFA juga akan membantu untuk infrastruktur persepakbolaan di Indonesia.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun