Mohon tunggu...
K.R
K.R Mohon Tunggu... -

Menikmati Tulisan dari Seraut Pensil Runcing

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Tentang Kedewasaan (1)

4 November 2010   16:29 Diperbarui: 26 Juni 2015   11:50 109
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gadget. Sumber ilustrasi: PEXELS/ThisIsEngineering

Kawan, di awal malam ini entah mengapa, ku rasakan begitu gundah perasaan ini. Merasa bersalah dengan berbagai pihak atas berbagai kesalahan yang telah ku lakukan. Bukan maksud hati untuk menyakiti atau membuat orang lain susah, tapi ini lah jiwaku yang bebas, pembawaanku ini telah menyulitkan berbagai pihak. Dan mala mini aku tercenung mengungkap kembali perihal berbagai sikap yang telah aku tunjukan selama ini.

Ya, malam ini aku butuh udara segar, bebatuan besar kota Jakarta telah mempersempit cakrawalaku selama ini, bahkan terkadang membuatku buta terhadap hal-hal kecil di dekatku. Maka, mala mini aku berjalan, mendalami pemikiran yang selama ini sempat tertupi oleh debu-debu kelelahan. Sedikit demi sedikit ku bersihkan kotoran yang sedikit demi sedikit menampakkan kepekatannya dalam hati dan pikiran ini. Dalam ketenangan, aku berusaha meraih ide-ide yang selama ini terserak, ku kumpulkan lagi dalam sebuah ruang kecil di memori ini.

Sebut saja ide tentang perbaikan sistem organisasi di kampus, perencanaan mengenai pemposisian berbagai pos-pos penting bagi orang-orang yang tepat, tentang kampusku bagaimana dia yang telah tertatih-tatih mengejar ketertinggalannya. Itu cerita dari luar, cerita dari dalam diriku yang ingin berwirausaha, desain baju berbudaya Islam, keluar dari birokrat ini, tentang S2 Teknologi Alam, serta S3 di jepang mengenai air, perbaikan ilmu agama, tentang menikah di usia dini. Semuanya mengawang dalam pikiranku mala mini. Ku lipat satu-satu, ku rapikan berbagai ide brilian itu, ku bahas secara perlahan sedikit demi sedikit.

Hal yang paling aku senang dalam kesendirianku adalah, aku bias berbincang banyak dengan malaikat pendampingku, berdiskusi dalam ketenangan, membahas tema tersebut menjadi poin-poin alas an besar dan bagaimana bentuk implementasinya. Ku bahas pertamakali adalah tentang organisasi kampusku. Tema yang selama ini telah menyedot paling banyak waktu dan pikiranku, sedikit demi sedikit aku mengurangi porsinya, walaupun sakit akibatnya, ya, perasaan orang lain menjadi taruhannya, dan sedikit dari mereka yang paham. Malaikat pendamping tersenyum manis, paham dengan kondisiku, memberiku saran bahwa ini adalah saatnya regenerasi, lepas secara perlahan-lahan dengan mendidik calon-calon pengganti yang kelak memegang estafet kepemimpinan. Aku menangkap maksudnya, ya, ini merupakan tanggung jawab yang memang harus di emban, bukan merasa lepas ketika masa kepengurusan berakhir, lantas pergi begitu saja layaknya pimpinan pemerintah yang tak pernah memiliki perencanaan serta regenerasi yang jelas.

Tentang kampusku, konsep konferensi internasional yang aku bawa memang agak sedikit tersendat, tapi visiku menggambarkan secara jelas, nyata, dekat. Sekarang tinggal ketahanan mentalku untuk memulainya secara perlahan, special mungkin karena kelak aku percaya ini akan sangat membantu ketika aku menyelesaikan skripsiku nanti. Tentang keluar dari birokrat, ya… Sekarang aku bias memastikan peluangnya mencapai 80%, karena aku merasa, disini kebebasanku tidak mengalir, kemampuanku sulit berkembang disini, tempatku bukan disini, tapi ilmu yang ku dapatkan juga banyak disini, tapi ilmu tersebut akan lebih bermakna ketika aku bisa menjabarkannya di luar birokrat ini. Ya, begitu pemikiranku,

Tentang S2 Teknologi Lingkungan, S3 ke Jepang mengenai air, bersabarlah, aku akan membahasnya segera, sementara ini ku cukupkan sampai disini dulu diskusiku dengan malaikat pendamping. Sebab, ayam bakar dada sedang mengeluarkan asap hangatnya untuk sedikit mencairkan pemikiranku yang sedikit membeku. Itadakimassu!

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun